Nelayan di Karawang Menunggu Kompensasi

Senin, 09 September 2019 – 13:34 WIB
Kapal nelayan hanya bersandar karena tidak bisa melaut akibat minyak tumpah. Foto: Radar Karawang

jpnn.com, KARAWANG - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Hendro Subroto mengatakan, dari data yang terkumpul, ada sekitar 7.782 nelayan terdampak tidak melaut selama terjadinya peristiwa tumpahan minyak milik PT Pertamina.

Sebanyak 1.689 perahu berbagai ukuran terbengkalai di 11 muara sungai. “Hasil pendataan tim khusus ada 7.782 nelayan baik juragan kapal berikut anak buah kapal yang mengangagur akibat adanya tumpahan minyak,” kata Hendro.

BACA JUGA: Pemuda Tega Bacok Ibu Kandung hingga Bermandi Darah

Sementara, mayoritas warga Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, Karawang, memang berprofesi sebagai nelayan. Namun, apa jadinya jika mereka tidak bisa lagi melaut akibat pencemaran minyak. Padahal, sejak kecil mereka sudah dibawa orang tuanya melaut karena jarang bersekolah hingga bangku kuliah.

Risban (53), seorang nelayan mengatakan, kesehariannya mencari ikan untuk menafkahi istri dan kelima anaknya. Meski penuh bahaya semisal badai, itu tidak jadi soal. Dia mengaku sejak umur 12 tahun sudah mulai diajak mencari ikan oleh orang tuanya.

BACA JUGA: Buruh Tani Ditemukan Tak Bernyawa di Sawah

“Saya dari kecil sudah dibawa nyari ikan, soalnya dulu orang sini jarang yang sekolah. Makanya kegiatannya nyari ikan,” ujarnya.

BACA JUGA: Ribuan Personel Dikerahkan untuk Bantu Menanggani Tumpahan Minyak di Karawang

BACA JUGA: PascaRusuh, Pertamina Kembali Salurkan BBM di Jayapura dengan Pengawalan

Ia melanjutkan, kebiasaan warga Sungaibuntu, jika mencari ikan maupun udang tidak sampai satu hari atau berhari-hari. Melainkan berangkat subuh pulang pukul dua siang. Ada juga yang berangkat malam pulang pagi.

“Kami bawa peralatan masak, soalnya kalau bawa langsung jadi di rumah kurang nikmat, soalnya keburu dingin. Dan kalau makan pasti pakai ikan, kalau tanpa ikan itu kurang enak,” katanya.

Risban mengatakan, hal yang pernah dialaminya selain berjuang menghindari badai, juga sering mesin perahunya mati. Jika sudah begitu, tinggal pasang layar. “Kalau ada nelayan lain pasti dibantu, tapi kalau tidak ada, kami pasang layar dan kalau menggunakan layar sampai daratnya kurang lebih sekitar lima jam,” katanya.

Ade (29) nelayan lainnya mengatakan, pertama kali ikut mencari ikan berusia 17 tahun. “Awal mencari ikan di laut, pusing sampai mabuk,” katanya.

Ade mengaku sebelum minyak milik Pertamina tumpah, hasil tangkapan sehari biasanya dapat 50 kilogram. “Sekarang mah susah nyari ikan, tidak kayak dulu masih banyak,” pungkasnya. (cr4/radarkarawang)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dispenser SPBU dan Kantor Pertamina Dirusak Massa, BBM Langka di Jayapura


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler