jpnn.com, JAKARTA - Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Jawa Barat (PPPTJB) buka-bukaan soal kondisi sektor garmen akibat perang Rusia-Ukraina.
Ketua Umum PPPTJB Yan Mei menyebutkan akan terjadi dampak mengerikan seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penutupan pabrik garmen tekstil.
BACA JUGA: Bea Cukai Fasilitasi Ekspor Industri Garmen di Yogyakarta
"Perang Ukraina memberi dampak besar, antaranya kepada kenaikan inflasi di Amerika dan Eropa, kenaikan biaya biaya logistik, dan anjloknya pesanan garmen," kata Yan Mei seperti dikutip dari Antara, Rabu (2/11).
Data BPS mencatat di Jawa Barat, terdapat 14 kabupaten dan kota yang sudah memberikan data jumlah pengurangan atau PHK.
BACA JUGA: WBP Lapas Tangerang Dibina untuk Mengelola Industri Garmen
BPS menyatakan dari total 124 perusahaan yang ada, terdapat sebanyak 64.165 pekerja yang sudah menjadi korban PHK, serta 18 perusahaan terpaksa ditutup karena tidak mampu lagi bertahan di tengah situasi sulit tersebut.
Menurut Yan Mei, perusahaan garmen adalah sektor padat karya dengan rata-rata pendidikan tingkat SMP, sehingga mereka adalah kelompok yang paling rentan terhadap gejolak yang terjadi.
BACA JUGA: Industri Garmen Makin Agresif
"Untuk keluar dari masalah pelik tersebut, masih ada langkah yang bisa ditempuh asalkan semua pihak bisa duduk bersama untuk mencari jalan keluarnya, terutama yang menyangkut masalah pengupahan," katanya.
Melihat kondisi tersebut, Yan Mei berharap kepada Presiden Jokowi agar segera mengambil tindakan-tindakan yang cepat dalam mengamankan bahaya tutupnya industri garmen imbas dari perang Ukraina
Kabupaten Bogor dan Purwakarta mengalami kerentanan paling tinggi akibat tingkat upah yang sangat tinggi sehingga dalam situasi tekanan gejolak perang Ukraina, sudah akan lebih dahulu kehilangan daya saingnya. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul