jpnn.com, JAKARTA - Penyebab selasar gedung BEI ambruk belum terungkap. Pakar Rekayasa Konstruksi ITB Herlien Dwiarti Soemari melihat bahwa beban berlebih bukan menjadi penyebab tragedi tersebut.
Dia mengatakan, ada tiga level yang perlu dicermati terkait ambruknya selasar gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut. Yakni level perencanaan, konstruksi, dan perawatan.
BACA JUGA: Selain Diana, Si Cantik ini Juga Mengalami Kejadian Buruk
”Kegagalan kemungkinan terjadi di tiga level itu. Jika perencanaan dan konstruksi sudah betul, bisa jadi perawatannya yang tidak. Itu kan strukturnya yang ambruk. Pasti ada kesalahan. Detail-detail ini yang perlu pemeriksaan lebih lanjut,” tutur Herlien saat dihubungi kemarin (16/1).
Herlien melanjutkan, seorang desainer yang baik pasti memperhitungkan semuanya. Mulai dari geometri struktur; beban struktur, baik beban mati atau hidup; gaya-gaya dalam elemen struktur; dimensi struktur baik batang tekan, tarik, geser, atau bending; kualitas sambungan baik las, baut, atau keeling; dan mounting atau tumpuannya yang umumnya disebut sebagai pondasi.
BACA JUGA: Ternyata, Tak Hanya Diana yang Mendengar Bisikan Aneh Itu
”Semua ini harus dihitung, dirancang, dan dibangun secara aman dan andal,” kata dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB itu.
Berdasarkan laporan unofficial tim Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Herlien melihat bahwa ada poin-poin yang missed di level desain dan perawatan.
BACA JUGA: Jelang Selasar BEI Ambruk, Diana Sempat Dengar Bisikan Aneh
Baut tidak kencang serta penurunan kekuatan sling, baut, atau penjepit akibat korosi merupakan kegagalan di level perawatan.
”Sedangkan untuk dugaan sling putus, penjepit sling terlepas, baut patah, dan robeknya pertemuan baja dengan beton kolom dan/atau balok merupakan kegagalan di level desain atau perencanaan,” papar Herlien.
Doktor lulusan Ecole Centrale de Lyon Prancis itu mengatakan, sebuah gedung bisa bertahan sesuai dengan perencanaan awal jika dirawat dengan baik.
Jika treatment di level perawatan kurang baik, bangunan gedung tidak akan bisa bertahan sesuai dengan perencanaan awal.
”Kadang perencanaan sudah bagus. Konstruksi sembarangan. Kemungkinan gagal pasti ada juga. Keduanya sudah bagus, perawatannya sembarang, bisa gagal juga,” ungkap Herlien. (and/dee)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menristekdikti: Jangan Trauma, Siapa Tahu Nanti Kerja di BEI
Redaktur & Reporter : Soetomo