jpnn.com, KAMPAR - Berkunjung ke Kabupaten Kampar yang terkenal dengan wisata sejarah, tidak lengkap rasanya jika tidak mencicipi kuliner khas ikan kapiek.
Ikan tawar ini banyak ditemukan di perairan Riau, terutama di aliran Sungai Kampar dan sekitarnya. Di Kampar, ikan kapiek menjadi salah satu kuliner andalan.
BACA JUGA: Resto Pendopo KM 456 Sajikan Objek Wisata Hingga Kuliner Khas Semarang di FBB
Cita rasa ikan yang pengolahannya dengan dibakar dengan rempah-rempah ini sangat lezat dan memiliki tekstur daging yang lembut tanpa tulang.
Sebenarnya ikan kapiek memiliki banyak tulang rawan di tubuhnya. Namun, dengan teknik memasak masyarakat Kampar, ikan ini dapat dinikmati tanpa khawatir tersedak tulang.
BACA JUGA: Berburu Festival Wisata Kuliner Nusantara di Bogor dan Cibubur, Ini Lokasinya
Pemilik Kedai Nasi Opuong Ikan Bakar Kapiek, Darlis mengatakan bahwa mengolah ikan air tawar itu tidak sembarangan.
“Ikan ini sebenarnya tidak banyak yang suka karena duri rawannya banyak. Namun, kami punya cara memasak agar durinya hilang,” kata Darlis saat berbincang dengan JPNN.com Jumat (24/3).
BACA JUGA: Startup Aruna Ajak Masyarakat Indonesia Konsumsi Ikan Sehat dan Bermutu
Pria yang sudah 10 tahun berkecimpung di bisnis kuliner ini lantas memberikan tips memasak ikan kapiek.
Menurut Darlis, memasak ikan kapiek bakar harus diiris-iris dagingnya menggunakan pisau sebelum dibakar.
"Nanti tulangnya akan hancur setelah dibakar sekitar 10 menit pakai bara kayu bakar. Bukan tidak bertulang, tetapi hancur saat dibakar,” jelasnya.
Selain cara memasak yang unik, ikan kapiek diperoleh dari nelayan yang menangkap di alam liar.
"Jarang orang mau pelihara ikan ini karena jika diternak satu tahun delapan bulan paling cepat bisa dipanen. Berbeda dengan nila yang enam bulan bisa panen,” lanjutnya.
Ikan bakar kapiek disajikan dengan nasi dilengkapi lalapan, pucuk rebung, dan gulai jangek atau kulit sapi serta banyak pilihan sambal pelengkap.
Darlis menuturkan bahwa ikan bakar kapiek yang memiliki rasa manis dan segar ini cukup diminati. Dalam sehari, dia dapat menjual 100 sampai 150 ekor dari pukul 10.30-15.00 WIB.
“Kami jual per ekor. Paling kecil Rp 20 ribu, paling mahal Rp 50 sampai Rp6 0 ribu per ekor. Nasi dan sambal Rp 15 ribu per porsi," tuturnya.
Menurut Darlis, warung ikan bakar kapie miliknya ada di Desa Empat balai, Kampung Pulau Balai, Kecamatan Kuok, Kampar
"Ikan bakar di sini termasuk murah. Tamu dari luar rata-rata dibawa ke sini. Orang luar negeri juga sering makan di sini,” ucapnya.
Darlis menambahkan, selama bulan suci Ramadan, kedai miliknya tutup sementara dan buka kembali seusai Idulfitri. (mcr36/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Rizki Ganda Marito