jpnn.com - TOKYO - Konsol game Nintendo, sempat sangat popular beberapa tahun silam. Namun, penjualan konsolnya yang terus menurun, membuat raksasa permainan komputer ini mencatat kerugian tahunan pertama pada April 2012 lalu.
Menurut BBC (7/9), perusahaan ini mengakui konsolnya berada dalam sebuah 'jalan yang tidak lagi relevan. "Alat ini sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini," kata Nolan Bushnell pendiri perusahaan game legendaris Atari.
BACA JUGA: Tamu Massif, Gunung Bawah Laut Terbesar
Dia menjelaskan, perusahaan Jepang ini kini dibiarkan dalam posisi yang sangat sulit. Analis mulai menyamakan jatuhnya konsol Atari Jaguar pada 1993 dengan kondisi produk Nintendo saat ini, Wii U. Penjualan semakin rendah Wii rendah membuat raksasa permainan komputer ini mencatat kerugian pertama pada April 2012.
Pria berusia 70 tahun ini berbicara pada sebuah acara bertajuk Pesta Kampus, ajang kumpul ribuan pengembang teknologi untuk mengerjakan beragam proyek bersama.
BACA JUGA: Ciptakan UltraBike untuk Bantu Orang Buta Bersepeda
Bushnell, yang memberi pidato dalam acara ini, sekarang mengurus sebuah perusahaan piranti lunak pendidikan bernama Brainrush. "Ini tentang menggabungkan teknologi dalam game dengan ilmu pengetahuan, dan menciptakan piranti lunak yang 'cantik' untuk pembelajaran," ungkapnya.
Nintendo Wii U yang dianggap dapat memulihkan kesuksesan, ternyata memiliki penjualan buruk. Meski demikian, Bushnell yang terkenal dalam industri game komputer dan dijuluki sebagai 'bapak video game'.
BACA JUGA: Robot Humanoid Bicara Perdana di Ruang Angkasa
Namun, sama dengan kesuksesannya, kejatuhan Atari menjadi hal yang juga membuatnya terkenal. "Saya pikir perangkat game genggam sudah tidak lagi masuk akal," lanjutnya.
"Nintendo selalu ada untuk anak-anak di bawah umur 12 tahun. Sedangkan konsol lain menyediakan permainan untuk anak di bawah 12 tahun dan di atasnya. Konsol lain juga telah melakukan hal yang baik dalam dua hal tersebut," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Migrasi Windows XP Diprediksi Bakal Memicu Krisis Teknologi
Redaktur : Tim Redaksi