Nostalgia Era 80an, Ready Player One Tayang Hari Ini

Rabu, 28 Maret 2018 – 07:16 WIB
Ready Player One. Foto: Warner Bros./Youtube

jpnn.com - Hari ini (28/3) proyek terbaru Steven Spielberg Ready Player One mulai ditayangkan. Film adaptasi novel karya Ernest Cline yang berjudul sama itu menjanjikan kisah futuristis dengan balutan nostalgia era 1980-an.

Dalam sinopsisnya, tokoh utama Wade Watts (Tye Sheridan) pada tahun 2044 dikisahkan bertualang di dunia virtual reality bersama timnya, High Five. Mereka punya misi menemukan easter eggs yang ditinggalkan penemu OASIS James Halliday (Mark Rylance).

BACA JUGA: Ready Player One: Pesta Pop Culture dalam Film

Dalam dua trailer yang rilis tahun lalu, Spielberg mengobral tampilan visual vintage. Ikon budaya pop pada era itu bertebaran. Mulai boneka Chucky hingga siluet ikonis King Kong bergelantungan di puncak menara. Efek CGI pada film yang diproduksi Warner Bros. Pictures itu banyak digunakan buat memberikan tampilan ala virtual-reality.

Hasilnya? Ready Player One mendapat tanggapan positif kala tayang eksklusif di SXSW Film Festival di Paramount Theatre, Austin, 11 Maret lalu. Para cast, sutradara, serta tim produksi Ready Player One mendapat standing ovation seusai pemutaran.

BACA JUGA: Konser Nostalgia 80-an Hadirkan Atiek CB hingga Yopie Latul

Masalah teknis audio di sepertiga akhir film pun tidak banyak berpengaruh. Tanggapan itu jelas melegakan Spielberg. ’’(Momen pemutaran) ini memberiku serangan panik terhebat. Reaksi kalian adalah segalanya buatku. Terima kasih,’’ ungkap sutradara berusia 71 tahun tersebut.

Ulasan pertama pasca pemutarannya pun bernada positif. ’’Film yang paling memukau. Ready Player One adalah gabungan visual sci-fi keren dan perjalanan nostalgia tanpa akhir,’’ ungkap Eric Kohn, jurnalis IndieWire. Charlie Fink dari Forbes juga memuji film berdurasi 140 menit tersebut sebagai mahakarya di genre fiksi ilmiah.

Sutradara Spy Kids Robert Rodriguez berpendapat serupa. ’’Keren banget. Enggak sabar buat menontonnya lagi! Banyak referensi, visual, dan inti kisah yang luar biasa,’’ tulisnya di Twitter.

Meski demikian, Ready Player One tetap punya kelemahan. ’’Penokohan karakter pendukung kurang mendalam sehingga peran mereka seakan tidak berpengaruh di cerita,’’ ungkap Brian Tallerico dalam ulasannya di RogerEbert.com.

Sementara itu, jurnalis The Guardian Monica Castillo mengungkapkan, referensi ikon budaya pop dalam film terlalu banyak sehingga bak kuis trivia. ’’Banyak masalah dalam novel yang diangkat, tetapi tidak terselesaikan di film,’’ ulasnya. Mara Reinstein, kolumnis Us Weekly, juga menyayangkan Ready Player One yang terlalu berfokus pada nuansa nostalgia.

Kentalnya nuansa 1980-an dalam film tersebut membuat Cline dan Zak Penn, tandemnya dalam penulisan naskah film, merasa Spielberg adalah sutradara yang tepat untuk membesut Ready Player One. Mereka bahkan menyatakan, sutradara yang melejit lewat Jaws dan E.T itu adalah pilihan tunggal. ’’Seseorang tanya kepada kami, siapa ya opsi kedua? Tidak ada,’’ ujar Penn.

Mudah bagi Penn, tetapi sulit buat Spielberg untuk menyutradarai proyek tersebut. ’’Ini adalah film ketiga tersulit yang pernah kugarap setelah Jaws dan Saving Private Ryan. Aku lelah memikirkan apa yang harus kulakukan jika berkomitmen di proyek ini,’’ ungkapnya.

Sutradara yang sudah lebih dari empat dekade berkarya itu beranggapan, talenta yang lebih muda akan lebih cocok membesut Ready Player One. Meski begitu, dia menikmati penggarapan film tersebut.

’’Aku punya cast yang menakjubkan dan bersemangat. Mereka jauh lebih muda. Jadi, energinya ’menular’ padaku. Ernie (Cline) memberi kami playground lewat ceritanya dan kami pun kembali jadi anak-anak,’’ papar Spielberg.

Dia menilai, para cast yang mayoritas masih berusia remaja dan dewasa muda mampu menyesuaikan diri dengan plot serta referensi cerita pada era sebelum mereka lahir. (Hollywood Reporter/Variety/ABC/fam/c5/nda)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler