NU Butuh Pemimpin yang Mampu Membaca Tanda Zaman

Sabtu, 16 Oktober 2021 – 16:57 WIB
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo dalam acara Webinar bertema “Sosok Ideal Pemimpin NU Menjelang Satu Abad” pada Sabtu (16/10/2021). Foto: Tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo menyampaikan kriteria ideal pemimpin NU ke depan.

Menurut Benny, perlu pemimpin NU yang mampu membaca tanda-tanda zaman. Selain itu, pemimpin yang mampu menjadi jawaban atas masalah yang dihadapi bangsa maupun dunia.

BACA JUGA: Gandeng Polres Batang, NU CARE dan Tokopedia Gelar Vaksinasi untuk 730 Siswa

Hal ini disampaikan Romo Benny dalam acara Webinar bertema “Sosok Ideal Pemimpin NU Menjelang Satu Abad” pada Sabtu (16/10/2021).

Menurut Benny, contoh pemimpin yang mampu membaca tanda zaman adalah KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

BACA JUGA: NU CARE dan Indomaret Kembali Gelar Vaksinasi untuk Pelajar dan Santri

Dia menyebut pada ujung pemerintahan Orde Baru dalam menghadapi Kediktatoran Presiden Soeharto, Gus Dur mampu membangun tatanan masyarakat sipil dengan melakukan koordinasi NGO-NGO.

Menurut Benny, Gus Dur juga mampu memupuk generasi muda hingga dapat menjadi tokoh-tokoh besar yang berperan penting pada kemajuan tidak hanya umat Islam tetapi bangsa Indonesia seluruhnya.

BACA JUGA: Kiai Said Aqil Siradj Sampaikan Sikap Tegas PBNU Terhadap Palestina, Begini

“Visi yang luar biasa ini membuat nama Gus Dur harum tidak hanya di kancah dalam negeri tetapi juga dunia,” ujar Benny.

Benny menambahkan pada masa pandemi ini banyak kekuatan besar yang terdampak. Oleh karena itu, Benny mengharapkan NU dapat mengambil kesempatan ini dengan memperkuat diri dalam dunia digital. Selain itu, melakukan konsolidasi dengan berbagai unsur masyarakat untuk dapat saling membantu dan bersatu menjaga rasa persatuan di Indonesia.

“Hal ini dibutuhkan karena pada era digital sekat-sekat negara dan wilayah telah runtuh hingga berbagai macam paham atau ideologi dapat masuk dan merusak tatanan masyarakat. Opini dapat mudah dan cepat dibangun dalam media sosial hingga dapat mudah merusak suatu sistem yang telah lama tertata ini dibuktikan dalam kasus Arab Spring,” ujar Benny.

Menurut Benny, kemampuan persuasi dalam era digital merupakan hal yang utama dimiliki oleh mereka yang ingin bertahan dan berkembang termasuk NU dan pemimpinnya.

Sebab, NU perlu memenuhi ruang publik dan ruang digital dengan berita-berita dan informasi tentang NU hingga NU dapat tetap menjadi jangkar perdamaian negara bahkan lebih jauh jangkar perdamaian dunia.

“NU sebagai jangkar perdamaian khususnya sangat dibutuhkan saat ini dalam menghadapi eksklusivitas dan ekstrimisme kelompok yang makin meluas dan berkembang  dengan memanfaatkan pandemi sebagai alasan bahwa eksklusivitas dan ekstrimisme adalah satu satunya jalan penyelamat,” kata Romo Benny.

Benny berharap NU mampu memberi sumbangan bagi perdamaian dunia dengan menjaga dan menghormati inklusifitas di seluruh dunia sehingga nilai-nilai Islam yang damai dan universal serta ideologi Pancasila sebagai identitas bangsa dan NU mampu terbumikan dengan baik dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dunia.

Benny berharap semangat Gus Dur sebagai bapak demokrasi dan bapak pluralisme Indonesia mampu dapat diteruskan oleh pemimpin baru NU.

Menurut Benny, pemimpin baru NU dalam membaca tanda-tanda zaman diharapkan tidak hanya sekadar menghargai perbedaan pendapat dan pandangan, namun juga dapat berperan sebagai pemimpin yang dapat memperkuat ekonomi masyarakat bawah dengan memaksimalkan jaringan kemasyarakatan NU dan mengembangkannya secara digital dan modern.

Dengan demikian, warga NU dapat memaksimalkan potensinya dalam mengembangkan ekonomi sehingga kesejahteraan seluruh warga NU dapat dicapai.

“Kita semua harus berkontribusi aktif dalam membangun peradaban Indonesia dan dunia,” ujar Benny.

Benny menegaskan NU harus menjawab kebutuhan dunia tentang pemimpin spiritiual yang mampu berpikir global. “Ambil kembali ruang dunia yang telah dirintis Gus Dur menjadi kekuatan untuk memperkuat NU dan Indonesia di mata  masyarakat dunia,  karena eksistensi NU dibutuhkan oleh Indonesia dan dunia,” ujar Benny.

Rektor Unisma H Noor Shodiq Askandar dalam sambutan mengatakan Webinar ini bertujuan untuk membuka diskusi antara Unisma bersama narasumber dan peserta tentang bagaimana  membangun profil pimpinan ideal NU dalam segala bidang.

Sebab, menurut Benny, NU tidak saja membutuhkan pemimpin matang namun juga penuh dedikasi, berpandangan jauh ke depan, moralitas baik dan penerimaan tinggi di tengah-tengah masyarakat.

“Dengan kajian akademik melalui webinar ini diharapkan ditemukan profil dan formula pimpinan NU yang dapat menjadi pencerah sekaligus penyejuk di tengah umat. Hasil dari diskusi Webinar ini diharapkan dapat memberikan formula yang tepat sebagai kado untuk  NU menjelang 100 tahun Nahdlatul Ulama sekaligus menyambut  hari santri nasional,” ujar Noor Shodiq.

Acara yang diselenggarakan dalam rangka Lustrum ke-8 Universitas Islam ini antara lain  dihadiri oleh Gus Miftah Maulana Habiburrahman dan lebih dari 400 orang partisipan secara daring.(fri/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler