jpnn.com - BABAK fase penyisihan Indonesia Super League (ISL) 2014 memang sudah berakhir pada tanggal 5 September lalu. Namun, itu bukan berarti tugas dari klub-klub yang gagal meloloskan diri ke Babak Delapan Besar ISL 2014 sudah putus sampai disitu saja.
Sebaliknya, tugas mereka pun kini bakal semakin berat. Terutama yang terbelit tunggakan gaji pemainnya
---
INDONESIA Super League (ISL) selalu menyisakan kisah yang tidak pernah putus dari musim ke musimnya. Pun demikian dengan musim ini. Akhir kompetisi baru akan terjadi pada final di awal Nopember mendatang. Namun, satu per satu klub sudah mulai terbelit dengan tunggakan gaji pemainnya.
BACA JUGA: Xavi Samai Rekor Legenda
Masih segar di ingatan bagaimana Persita Tangerang mencuat dengan persoalan pembayaran gaji pemainnya. Pun demikian dengan Persijap Jepara yang sudah mengawali kisah kelam itu jauh sebelum kompetisi ISL musim ini berakhir.
BACA JUGA: Pemain Antri Ngadu ke APPI
Lalu disusul beberapa klub lainnya yang juga terbelit dengan tunggakan gaji pemain.
Bukannya mengaca pada kegagalan manajemen klubnya sendiri dalam mengumpulkan anggaran dananya untuk terjun di ISL musim ini. Hampir semua pengurus klub yang terbelit hutang selalu menyalahkan PT Liga Indonesia (PT LI) sebagai operator yang menaungi kompetisi level yang tertinggi di Indonesia itu.
BACA JUGA: Delapan Besar ISL Mulai 6 Oktober
Lho kok? Sama seperti case-case sebelumnya, sokongan kontribusi komersial dari PT LI selalu saja jadi andalan mereka untuk melunasi tunggakan gaji pemainnya. Seperti yang diungkapkan oleh manajemen Persiba beberapa waktu yang lalu. Persiba terbelit tunggakan gaji pemainnya hingga empat bulan.
"Kalau subsidi (kontribusi komersial, Red) itu sudah dicairkan oleh PT LI, barulah kami mampu memberikan tuntutan gaji yang diinginkan pemain. Kami kan masih ada subsidi dari PT LI itu sekitar Rp 2 miliar. Dari situlah kami bergantung," ujar manajer Persiba, Bagus Nur Edi Wijaya, beberapa waktu yang lalu.
Untuk musim ini, PT LI memang menjanjikan gelontoran kontribusi komersial kepada ke-22 klub ISL 2014 senilai Rp 2 miliar untuk tiap klubnya. Angka itu belum termasuk tambahan Rp 500 juta untuk yang lolos ke Babak Delapan Besar, lalu Rp 500 juta lagi untuk klub yang mampu lolos ke babak semifinal.
Nah, untuk Persiba dan klub yang gagal lolos ke Delapan Besar, jatahnya Rp 2 miliar. Untuk itu, Bagus sudah menyebut angka Rp 400 juta sebagai jumlah kontribusi komersial yang dikantongi klubnya. Tapi itu sudah habis untuk membayar gaji pemain pada bulan Maret silam. Sisanya, masih belum cair.
Berbeda dengan pernyataan manajemen Persiba itu, PT LI melalui CEO-nya Joko Driyono justru menyatakan sudah Rp 1 miliar yang digelontorkan pihaknya.
"Itu sudah tuntas kami cairkan pada fase penyisihan lalu. Sedangkan untuk Rp 1 miliar yang sisanya, itu akan kami berikan di rentang waktu sebelum RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham, Red) PT LI, dua atau tiga bulan ke depan," tutur Joko.
Menurut Joko, kucuran kontribusi komersial yang dikucurkan kepada 22 klub ISL itu hanyalah stimulus bagi mereka. "Kalau klub-klub itu menganggap kontribusi komersial dari kami sebagai tulang punggung pembiayaan, maka jelaslah mereka itu bukan klub yang qualified untuk turun di ISL," tegasnya.
Terpisah, anggota Komite Eksekutif PSSI Bidang Kompetisi, Erwin Dwi Budiawan menyebut klub-klub harusnya sudah bisa belajar dari pengalaman yang sebelum-sebelumnya. Terutama di dalam mengelola pembiayaan operasionalnya untuk sepanjang musim ISL tahun ini. Anggapan kontribusi komersial sebagai tulang punggung pembiayaan klub harus dibuang.
"Sebaliknya, klub harus mulai berpikir untuk mandiri. Bukan hanya di ISL, pun demikian juga dengan di Divisi Utama. Kontribusi komersial memang harus ada, tapi jangan dijadikan sebagai prioritas nomor satu atau dua untuk urusan penganggaran. Jadikan yang ketiga, keempat ataupun yang terakhir. Jadi, tidak sampai tergantung dengan kontrobusi dari PT LI," beber Erwin.
Sebagai pihak yang berwenang untuk menyiapkan kompetisi di tanah air, Erwin menganggap dari klub sudah harus bisa mengelola anggarannya sendiri. Untuk mengatur pengeluaran klub pun dianggapnya bukan domain PSSI ataupun PT LI.
"Tergantung dari bagaimana mereka bisa mengatur prioritas sesuai dengan skalanya. Harapan kami dari PSSI, untuk liga musim ke depan, tidak ada lagilah yang seperti ini," tandasnya. (ren)
Yang Gagal, Yang Nunggak
Gagal Melalu ke 8 Besar
Persita Tangerang
Prestasi ISL 2014 Degradasi
Tunggakan Gaji 4 bulan
Habis Masa Kontrak Oktober 2014
Status Tertunggak
Alasan Menunggu kontribusi komersial PT LI
Persijap Jepara
Prestasi ISL 2014 Degradasi
Tunggakan Gaji 4 bulan
Habis Masa Kontrak Oktober 2014
Status Tertunggak
Alasan Menunggu kontribusi komersial PT LI
Persiba Bantul
Prestasi ISL 2014 Degradasi
Tunggakan Gaji 4 bulan
Habis Masa Kontrak September 2014
Status Tertunggak
Alasan Menunggu kontribusi komersial PT LI
Persiba Balikpapan
Prestasi ISL 2014 Peringkat V Wilayah Timur
Tunggakan Gaji 2 bulan
Habis Masa Kontrak September 2014
Status Tertunggak
Alasan Menunggu kontribusi komersial PT LI
Persik Kediri
Prestasi ISL 2014 Peringkat VIII Wilayah Barat
Tunggakan Gaji 2 bulan (Juli-Agustus)
Habis Masa Kontrak Oktober 2014
Status Tertunggak
Alasan Menunggu kontribusi komersial PT LI
Lolos ke 8 Besar
Persebaya
Prestasi ISL 2014 Peringkat I Wilayah Timur
Tunggakan Gaji 2 bulan
Habis Masa Kontrak November 2014
Status Mulai dicicil
Alasan Administrasi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Pemain Timnas Ditandu, Satu ke RS
Redaktur : Tim Redaksi