Nyaris 10 Juta Gen Z Menganggur Jadi Tantangan Indonesia Emas 2045

Minggu, 01 September 2024 – 09:35 WIB
Bincang dan Panggung Aspirasi  “Muda Bicara Indonesia Emas”. Mengangkat tema “Generasi Muda menatap Masa Depan, Indonesia Emas atau Cemas” di Kotak Cafe Tebet, Jakarta Selatan. Foto dok. KISP

jpnn.com - Banyak tantangan yang dapat mengancam ketercapaian indikator Indonesia Emas 2045. Hal ini khususnya di kalangan generasi muda sebagai penentu kesuksesan visi tersebut.

"Beberapa aspek penting dari visi ini adalah ekonomi, kualitas sumber daya manusia, dan pendidikan," kata Koordinator Umum KISP, sekaligus Founder Muda Bicara ID, Moch. Edward Trias Pahlevi baru-baru ini.

BACA JUGA: Turunkan Angka Kemiskinan-Pengangguran di 2025, Pemprov Jateng Punya Strategi

Data terbaru yang dirilis oleh BPS mengungkapkan bahwa 9,9 juta Gen Z di Indonesia pengangguran atau termasuk dalam istilah NEET (Not in Education, Employment, or Training).

Artinya, lapangan kerja yang menjadi faktor penting penentu masa depan kelompok muda juga masih menjadi tantangan serius yang pada akhirnya visi Indonesia Emas kadang dipelesetkan menjadi Indonesia Cemas.

BACA JUGA: Bentrok 2 Ormas di Cianjur Dipicu Video Provokasi, Beberapa Orang Luka Bacok

Oleh karenanya, pihaknya berkolaborasi dengan Komite Independen Sadar Pemilu (KISP) menyelenggarakan Bincang dan Panggung Aspirasi  “Muda Bicara Indonesia Emas”.

Mengangkat tema “Generasi Muda menatap Masa Depan, Indonesia Emas atau Cemas” pada Jumat (30/8) bertempat di Kotak Cafe Tebet, Jakarta Selatan.

BACA JUGA: Ujang Sebut 2 Penyebab Anies Gagal Maju Pilkada, Singgung Soal Mulyono

Edward mengatakan, Indonesia emas memerlukan sumber daya manusia mumpuni, di mana dari jumlah generasi muda yang hampir 187 juta jiwa, tetapi hanya 11 persen anak muda yang bisa mengakses bangku perguruan tinggi.

“Ada pekerjaan rumah besar kita untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju, khususnya di sektor akses pendidikan. Jika tidak diselesaikan maka program Indonesia Emas 2045 tidak akan tercapai,” ujarnya.

Dia menambahkan, agenda ini bertujuan untuk menjadi titik temu Gen Z dan pemangku kebijakan dan aktor politik, sehingga terjadi pertukaran gagasan yang dapat mendorong kebijakan yang lebih baik ke depan. 

Hadir Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta sekaligus Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Elva Farhi Qolbina, Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasdem, Siar Anggretta Siagian. Juga Asisten Tenaga Ahli Kementerian PPN/Bappenas, Azka Abdi Amrurobbi. 

“Ini juga sebagai upaya memangkas gap antara anak muda dan politik, yang kini makin berjarak,” tambah Edward.

Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasdem, Siar Anggretta Siagian menambahkan bahwa Partai Politik juga harus didorong untuk inklusif terhadap kelompok muda. Di partai Nasdem, misalnya ada divisi khusus pemilih pemula. 

"Di kantor kami ada program Nasdem Tower Tour untuk mendekatkan diri dengan para kelompok muda,” kata Siar.

Sementara itu, Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta, Elva Farhi Qolbina yang sudah berkiprah di legislatif menyoroti tantangan kelompok muda saat ini memang sangat kompleks. Tidak heran jika muncul berbagai kekhawatiran sepak terjang anak muda ke depan mendukung tercapainya Indonesia Emas.

"Tidak heran hari ini bisa disebut sebagai Indonesia cemas, bukan menakut-nakuti, tetapi kita harus sadar situasi agar dapat bersiap,” ungkap Elva. (esy/jpnn)


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler