Obat Gatal Bisa Cegah Epilepsi

Selasa, 01 Oktober 2013 – 08:24 WIB

jpnn.com - ANTIHISTAMIN yang biasa digunakan untuk mengobati gatal pada anak bisa jadi kunci untuk mencegah kejang pada anak, atau epilepsi parah yang dikenal dengan Dravet Syndrome. Penemuan itu berdasarkan skrining ratusan obat yang dilakukan bukan pada tikus, tapi dengan menggunakan ikan zebra.

"Dravet syndrome adalah epilepsi parah pada anak dan sering menyebabkan risiko berbahaya hingga kematian," kata profesor bedah saraf di University of California. Scott Baraban, seperti dilansir laman Fox News, Senin (30/9).

BACA JUGA: Soft untuk Pagi, Bright untuk Sore

Sementara itu, William K. Bowes Jr. Endowed Chair dari neuroscience research mengatakan bahwa pada tahun pertama kehidupan, anak mulai kejang hingga mencapai ratusan kali dalam sehari. Mereka akan terlambat bicara, mengalami masalah kognitif, dan ataksia.

"Ada obat yang diberikan nuntuk mengurangi efeknya, tapi tidak terlalu banyak pilihan untuk anak-anak," kata William.

BACA JUGA: Sering Lupa Nama Usai Berkenalan, Ini Solusinya

Baraban menggunakan ikan zebra untuk menguji obat epilepsi pada tahun 2005 karena genom ikan zebra 80 persen identik dengan genom manusia.

Peneliti menggunakan larva ikan zebra yang nantinya akan menghisap obat yang diuji melalui proses respirasinya. Dengan obat segera masuk ke sistem mereka, peneliti lebih mungkin mengamati bagaimana ikan merespons dengan lebih cepat.

BACA JUGA: Menjaga Bayi Kurangi Waktu Tidur Orang Tua

"Kebanyakan obat diuji dengan berbasis sel yang pada tahap berikutnya, di hewan tersebut mereka justru sering beracun. Jadi keuntungan ikan zebra ini kita bisa menguji efektivitas dan toksisitas obat pada waktu yang sama,' kata Baraban.

Baraban memutuskan melakukan skrining obat untuk sindrom Dravet setelah menemukan ikan zebra dengan mutasi pada gen SCN1A, mutasi genetik yang sama dan umumnya terkait dengan epilepsi. Seperti anak dengan sindrom dravet, ikan akan mulai kejang tiga hari setelah pembuahan.

"Satu pasang bisa menghasilkan 100 pasang telur dan seperempat keturunannya mengalami kejang secara spontan. Lalu, kami mecoba mengetes senyawa obat yang ada di perpustakaan kimia obat," kata Baraban lebih lanjut.

Setelah menguji 320 senyawa di perpustakaan kimia obat yang sudah dietujui FDA, clemizole antihistamin bisa mengurangi aktivitas kejang pada ikan dalam waktu 10 menit. Penyebab clemizole bisa menghentikan kejang masih menjadi misteri bagi peneliti.

Mereka juga menguji 10 antihistamin lain pada ikan tapi kejang tak berhasil dihentikan. Baraban berteori mekanisme clemizole, terlepas dari sifat antihistaminnya, bisa bertanggung jawab untuk efek terapeutik.

Karena clemizole sudah disetujui FDA, Baraban berharap bisa segera menguji penggunaannya pada orang yang menderita sindrom Dravet. Ia juga yakin obat itu akan efektif pada manusia karena ikan zebra mutan sangat mirip kondisinya dnegan orang yang mengalami penyakit itu.

"Obat yang sudah diuji pada ikan zebra ini bisa diberikan pada anak dengan sindrom Dravet karena diperkirakan ikan punya senyawa yang sama. Obat yang bekerja pada ikan juga bekerja pada manusia. Jadi climezole bisa langsung diterapkan," jelas Baraban.

Ia menambahkan metode ikan zebra ini juga bisa digunakan untuk mencari agen terapi untuk kondisi lain yang disebabkan mutasi gen tunggal. "Bentuk genetik alzheimer, parkinson, itu semua bisa dimodelkan dalam ikan zebra dan digunakan di skrining obat, contohnya masalah epilepsi ini," pungkas Baraban.(fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Obat Pereda Sakit Lebih Berbahaya Daripada Ganja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler