Obat Jenis Effervescent Dapat Tingkatkan Risiko Jantung

Rabu, 11 Desember 2013 – 17:14 WIB

jpnn.com - HAMPIR setiap orang pasti pernah mengkonsumsi obat berbentuk effervescent atau obat yang diminum dengan cara dimasukkan ke air dan mengeluarkan bunyi berdesis, apakah itu vitamin, suplemen maupun obat jenis lainnya. Sebuah studi baru memperingatkan konsumsi obat semacam ini memunculkan risiko sakit jantung.

Menurut peneliti, tidak lain ini karena kandungan garam yang tinggi dalam obat-obatan yang mudah larut dalam air tersebut. Hal ini dijelaskan tim peneliti dari University of Dundee dan University College London.

BACA JUGA: Mitos dan Fakta di Balik Tubuh Wanita

Jadi jika seseorang mengkonsumsi obat pereda nyeri, vitamin, suplemen atau obat-obatan lain yang berbentuk effervescent dengan dosis maksimal setiap hari, maka ia melebihi batas konsumsi sodium harian. Sodium merupakan komponen utama dari garam.

Asupan garam yang tinggi sendiri telah lama dikaitkan dengan risiko hipertensi, yang menjadi faktor risiko kunci dari penyakit kardiovaskular seperti stroke dan serangan jantung. Hal ini telah dipastikan George bersama timnya setelah mengamati lebih dari 1,2 juta pasien dan membandingkan pasien yang mengonsumsi obat berupa effervescent dan mengandung sodium dengan pasien yang mengonsumsi obat serupa namun tidak mengandung sodium, rerata selama tujuh tahun.

BACA JUGA: Ini Rahasia Bayi Tenang Saat Digendong

Ternyata selama berlangsungnya studi, lebih dari 61.000 partisipan mengalami gangguan kardiovaskular baru. Kondisinya tetap sama meski peneliti telah mempertimbangkan faktor lain seperti indeks massa tubuh (BMI), status merokok, asupan alkohol, riwayat penyakit kronis dan penggunaan obat-obatan lainnya.

Peneliti menemukan peluang sakit jantung bagi seseorang yang mengonsumsi obat yang mudah larut dalam air itu pun mencapai 16 persen. Mereka juga berisiko tujuh kali lebih besar mengidap tekanan darah tinggi. Bahkan tingkat kematiannya mencapai 28 persen lebih tinggi daripada pasien yang tidak mengkonsumsi obat non-sodium.

BACA JUGA: Kopi Membantu Menurunkan Berat Badan

"Banyak pasien yang butuh obat semacam ini, misalnya yang susah menelan tablet berukuran besar. Namun yang kami inginkan adalah agar pasien dapat membuat keputusan memilih obat yang benar sesuai bimbingan dokter mereka," kata pemimpin peneliti, Jacob George, seperti dilansir laman NYdailynews, Selasa (10/12).

"Mereka terutama harus diperingatkan tentang potensi bahaya asupan sodium yang tinggi dari obat-obatan semacam ini," pungkasnya.(fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terlalu Lama Tidur Siang Berisiko Diabetes


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler