OKI Minta Prancis Setop Tindakan yang Menyakiti Umat Islam

Sabtu, 24 Oktober 2020 – 15:56 WIB
Pemandangan klasik Menara Eiffel dilihat dari Trocadero Square yang ingin ditiru Pemprov DKI Jakarta dalam revitalisasi Monas. Foto: NonOmnisMoriar/Creative Commons

jpnn.com, JEDDAH - Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyebut penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo dapat memperkeruh bahkan merusak hubungan umat Islam dengan Prancis.

Menurut OKI, pernyataan sejumlah politisi Prancis yang membenarkan penerbitan karikatur nabi dapat merusak hubungan umat antarberagama.

BACA JUGA: Indonesia dan Prancis Sepakat Tragedi Charlie Hebdo Tak Terkait Islam

"Sekretariat Jenderal OKI takjub mengetahui adanya penilaian yang tidak diharapkan dari sejumlah politisi tertentu di Prancis, mengingat pemikiran demikian dapat mengancam hubungan Muslim dan rakyat Prancis, meningkatkan kebencian antarsesama, dan hanya menjadi komoditas politik kelompok tertentu," kata OKI sebagaimana tertulis yang diterima ANTARA, Sabtu (24/10)

OKI juga mengingatkan seluruh pihak bahwa pembunuhan keji terhadap guru sejarah di Prancis yang menunjukkan kartun Nabi kepada murid-muridnya, tidak dapat dihubungkan dengan ajaran Islam.

BACA JUGA: Remaja Muslim Penggal Guru Sejarah, Masjid-Masjid di Prancis Terancam Dibakar

"Kami berusaha mengingatkan tidak ada hubungan antara kejahatan mengerikan ini dari Islam dan nilai-nilai welas asih yang diajarkan. (Kami, red) menilai insiden itu merupakan aksi teror yang dilakukan oleh individu atau kelompok teroris tertentu yang harus dihukum sesuai dengan aturan perundang-undangan," terang OKI.

Organisasi lintas negara itu kembali menegaskan tidak ada kaitannya Islam serta muslim, dengan terorisme.

BACA JUGA: Rentetan Insiden Charlie Hebdo, Masjid di Prancis Dilempar Granat

Charlie Hebdo, tabloid satire mingguan Prancis, bulan lalu kembali menerbitkan karikatur kontroversial Nabi Muhammad.

Karikatur itu pun ditunjukkan kepada sejumlah siswa di Prancis oleh Samuel Paty, seorang guru berusia 47 tahun.

Namun setelah kegiatan itu, Paty tewas dibunuh di daerah pemukiman pinggir kota di Paris, Conflans-Sainte-Honorine, pada 16 Oktober 2020.

Pelaku pembunuhan merupakan seorang pemuda berusia 18 tahun kelahiran Rusia dan keturunan etnis Chechen, Abdoullakh Abouyedovich Anzorov.

Anzorov, beberapa menit kemudian, juga tewas tertembak oleh polisi di tempat kejadian.

"Kami mengecam seluruh tindakan teror yang mengatasnamakan agama, dan Sekretariat Jenderal OKI juga telah mengecam pembunuhan sadis terhadap seorang warga Prancis, Samuel Paty," sebut OKI.

Namun, OKI berharap insiden tersebut tidak jadi alasan bagi sejumlah pihak untuk membenarkan aksi pelecehan terhadap agama apa pun yang dilakukan atas alasan kebebasan berekspresi.

Tidak lama setelah Paty tewas, gambar karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan Hebdo diproyeksikan ke beberapa gedung pemerintah di Prancis, di antaranya balai kota di Montpellier dan Toulouse selama beberapa jam minggu ini.

Aksi itu dilakukan pejabat kota setempat sebagai simbol perlawanan terhadap aksi teror di Prancis.

Menurut OKI, seluruh pihak sebaiknya bersama-sama meninjau kembali kebijakan antimuslim yang diskriminatif, serta menghindari aksi-aksi provokatif yang dapat melukai perasaan lebih dari satu miliar umat Islam di seluruh dunia. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler