Oktovianus Maniani Keberatan Liga Indonesia Ditunda 2 Pekan, Ini Alasannya

Rabu, 05 Oktober 2022 – 19:27 WIB
Tangkapan layar mantan penggawa timnas Oktovianus Maniani saat menjadi pembicara di Gelora Talks secara daring, Selasa (5/10/2022). Foto: Muhammad Naufal/JPNN.com

jpnn.com - Penundaan kompetisi Liga Indonesia selama dua pekan dianggap sebagai sebuah kerugian oleh pengamat sepak bola nasional Sigit Nugroho dan mantan penggawa timnas, Oktovianus Maniani.

Sebelumnya, PSSI dan PT LIB mengambil langkah untuk menunda kompetisi sepak bola Indonesia seusai instruksi dari Presiden Joko Widodo setelah terjadi Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu.

BACA JUGA: Link Live Streaming Timnas U-17 Indonesia vs UEA, Silakan Klik di Sini

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta menunda kompetisi Liga Indonesia hingga selesai pengusutan kasus tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 korban jiwa tersebut.

Dalam acara yang digelar Gelora Talks secara daring, Selasa (5/10/2022), Sigit dan Okto tidak sepakat kompetisi mengalami penundaan. Keduanya kompak menginginkan turnamen Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 segera digulirkan.

BACA JUGA: Timnas U-17 Indonesia vs UEA: Pelatih Lawan Beri Psywar

Keduanya bukan bermaksud tidak bersimpati kepada para korban, tetapi saat ini prestasi sepak bola Indonesia tengah dalam performa terbaik sehingga dibutuhkan kompetisi yang mendukung.

Terbukti di level senior, Timnas Indonesia di bawah asuhan Shin Tae Yong kembali berlaga di Piala Asia 2023 di Qatar seusai terakhir ikut pada edisi 2007.

BACA JUGA: Timnas U-17 Indonesia vs UEA, Misi Garuda Asia Naik ke Puncak Klasemen

Adapun untuk level junior, Garuda Nusantara baru menjadi juara untuk kelompok umur U-16 dan lolos ke Piala Asia U-20 2023 yang rencananya akan digelar di Uzbekistan.

Sigit Nugroho berharap PSSI kembali mengkaji penundaan kompetisi mengingat jika terlalu larut, federasi sepak bola dunia (FIFA) bisa menjatuhkan hukuman akibat adanya campur tangan pemerintah.

"Kompetisi tanpa penonton bisa tetap digulirkan, intinya liga berjalan pelan-pelan karena saya khawatir FIFA melihat hal ini sehingga bisa ada indikasi pemerintah ikut campur,, yang kemudian hari bisa membuat Indonesia kembali di-banned," ungkap Sigit.

Senada dengan Sigit, mantan penggawa Timnas Indonesia Okto Maniani juga sangat menyayangkan kompetisi ditunda selama dua pekan.

Hal tersebut bisa membuat para pemain mengalami penurunan performa dan membutuhkan recovery yang lama untuk kembali ke kondisi awal.

Tidak cuma itu, mantan penggawa Arema Malang tersebut juga takut melihat ada beberapa tim yang melakukan penundaan gaji akibat adanya penundaan liga.

Hal ini sangat membahayakan karena ketika para pemain, pelatih, dan ofisial terlambat mendapat gaji, tentu berpengaruh terhadap performa tim di lapangan.

"Pemerintah harus memikirkan pemain dan pelatih saat kompetisi dihentikan. Ada banyak orang menggantungkan hidupnya di sepak bola. Takut kalau lama ditunda akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan," tambah pria kelahiran 27 Oktober 1990 itu.

PSSI sendiri mengikuti anjuran pemerintah yang meminta menghentikan kompetisi seusai terjadi tragedi Kanjuruhan.

Insiden yang terjadi pascalaga Arema FC vs Persebaya Surabaya itu menjadi peristiwa kematian terbesar kedua di stadion setelah 58 tahun lalu pernah terjadi di Peru, Lima.

Saat itu, sekitar 40 ribu penonton memadati Stadion Nasional, Lima, untuk menyaksikan laga Peru vs Argentina.

Namun, suporter mengamuk beberapa menit mejelang laga usai. Pemicunya ialah saat wasit menganulir gol penyeimbang skor Peru saat tim tuan rumah tertinggal 0-1 dari Argentina.

Fan Peru yang tidak terima mencoba masuk ke lapangan sehingga kericuhan tak bisa dihindarkan. Korban tewas akibat insiden itu mencapai 328 orang.(mcr16/jpnn)


Redaktur : Dhiya Muhammad El-Labib
Reporter : Muhammad Naufal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler