Omzet Pedagang Hewan Kurban dan Kiat Obati Serudukan Sapi

Kamis, 23 Agustus 2018 – 00:05 WIB
Pekerja yang berada di Rumah Potong Hewan (RPH) Banjarmasin, bersiap mengganti air minum sapi-sapi yang ditanganinya, jelang Iduladha. WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

jpnn.com - Pedagang hewan kurban untuk perayaan Iduladha meraup keuntungan. Omzetnya mencapai miliaran rupiah.

ENDANG dan WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin

BACA JUGA: Merayakan Iduladha di Sudan, Satgas TNI Potong 17 Unta

Wartawan Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group) menemui beberapa orang pedagang sapi kurban di Banjarmasin. Salah satunya adalah H Budi Wijaya. Pedagang sapi kurban ini mendatangkan sapi kurban dari Madura.

Tak tanggung-tanggung jumlah sapi yang didatangkan musim kurban ini mencapai 300 ekor. “Alhamdulillah biasanya terjual semuanya,” kata Budi.

BACA JUGA: Dukungan Bupati untuk Eksistensi Umat Islam di Bali

Dia mengatakan bisnis daging kurban adalah bisnis keluarga. Ada yang diserahi mengelola sapi potong yang dijual setiap hari kepada pedagang, ada juga yang mengelola sapi kurban.

Biasanya, kata Budi sapaan akrab pria berkacamata ini, dia sengaja berangkat ke Madura beberapa bulan sebelumnya untuk memilih sendiri sapi-sapi yang akan didatangkan. Pasca Idulfitri 2018, sapi-sapi ini dikirim dari Madura ke Banjarmasin.

BACA JUGA: Usai Salat Id, Tito Karnavian Langsung Kurban Sapi 1,3 Ton

Setibanya di Banjarmasin, semua hewan itu langsung dikarantina oleh pihak berwenang untuk menjalani pemeriksaan. “Nanti sapi-sapi itu diberi surat keterangan kesehatan,” ujar pria kelahiran 2 April 1971 ini.

Berapa harga sapi yang dia jual? Budi mengatakan harga bervariasi. Mulai harga Rp12,5 juta hingga puluhan juta. Tergantung besar kecilnya sapi.

“Setiap tahun harga sapi memang naik, tapi tidak banyak, paling-paling Rp500 ribu, tidak terlalu mempengaruhi pasar,” ucapnya.

Cara pemasaran Budi pun tergolong cukup sederhana. Tidak lewat media sosial (medsos). Dia hanya menawarkan langsung kepada masyarakat yang akan melaksanakan kurban. Atau lewat telepon. Karena kebetulan usahanya sudah lebih dari 50 tahun, tentu banyak memiliki langganan.

Kalau langganan yang baru ada yang datang langsung ke kandang yang berada di Jalan Veteran Kompleks Al Anshar RT 29 Banjarmasin TImur maupun di Rumah Potong Hewan (RPH) Basirih, Banjarmasin Selatan. “Jualannya masih pakai cara tradisional, enggak lewat online,” ucapnya seraya tersenyum.

Ditanya berapa omzet yang bisa diraih, Budi hanya tersenyum. Namun jika diasumsikan harga sapi yang dijual rata-rata Rp15 juta, dikalikan 300 ekor. Total penjualan yang bisa diperoleh sekitar Rp4,5 miliar.

Hampir serupa dengan Budi, Suhidi juga mengaku sudah menyiapkan 30 ekor pada lebaran tahun ini. Setiap lebaran, pedagang hewan kurban ini selalu mengalami peningkatan permintaan. Banyaknya pembelian membuat harga sedikit dinaikkan. Tapi tidak banyak. Hanya sekitar Rp500 ribu saja.

“Meski mengalami kenaikan, alhamdulillah sapi milik saya yang saya datangkan dari Madura habis terjual semua,” katanya.

Warga Jalan Sultan Adam, Banjarmasin Utara ini mencontohkan, hewan kurban per ekor 210 kilo atau dengan berat daging 70 kilogram harganya pada tahun sebelumnya seharga Rp14 juta sekarang naik menjadi Rp14,5 juta. Begitu pula sapi yang beratnya 240 kilogram per ekor yang semula Rp15 juta menjadi Rp15,5 juta.

“Kenaikan itu lantaran banyaknya permintaan masyarakat yang ingin membeli hewan kurban,” ucapnya.

Selain Suhidi, ada pula Hakim. Hakim, bekerja di kawasan Rumah Potong Hewan (RPH), Banjarmasin. Lelaki yang sudah bekerja selama lebih dari tiga tahun ini juga menuturkan pengalamannya terkait memelihara sapi.

Sembari menambah air minum untuk sapi-sapi di kandang, Hakim mengatakan bahwa para pekerja yang bergelut di dunia hewan berkaki empat dan bertenaga yang cukup besar seperti sapi, tentu pernah mengalami tendangan dan ditanduk.

“Ditendang, atau diseruduk itu sudah biasa. Sebenarnya, ada cara yang dipercaya cukup ampuh kalau mau mengobati,” ungkapnya kepada Radar Banjarmasin, Senin (20/8) siang.

Caranya, sangat sederhana. Yakni dengan mengoles bekas tendangan atau tandukan sapi dengan air liur sapi. Menurut kepercayaan masyarakat atau pekerja di kawasan RPH, hal itu merupakan sebuah kepercayaan yang sudah mendarah daging.

“Boleh percaya, boleh juga tidak. Tapi, bagi saya pribadi yang cukup sering merasakannya, ‘obat tradisional’ itu cukup mujarab,” tuntasnya.

Di RPH Banjarmasin, harga sapi bervariasi. Mulai dari belasan hingga puluhan juta per ekor. Tergantung dengan berat sapi yang dijual. Sebagai contoh, untuk jenis sapi Limosin, dijual dengan harga sekitar Rp 50 juta bahkan lebih. (gmp/war/ay/ran)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ustaz Abdul Somad: Kalau Kaya Kurbankan 100 Onta


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler