jpnn.com, JAKARTA - Penyanyi Once Mekel turut berduka atas meninggalnya musisi Estu Pradhana Bramono.
Caleg dari PDIP untuk Dapil Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Luar Negeri itu pun menyampaikan belasungkawa.
BACA JUGA: Once Mekel Ungkap Pengalaman Jadi Produser Album Baru Getah
"Saya sangat berduka dan merasa kehilangan seorang teman musisi pejuang. Almarhum Estu layak dapat julukan itu," kata Once Mekel.
Pemilik album Sigma itu menilai Estu merupakan musisi yang selalu berjuang untuk hak asasi manusia.
"Bagi saya, Estu punya semangat dan idealismenya luar biasa dalam bermusik dan juga pikirannya," imbuh Once Mekel.
BACA JUGA: Once Merasa Satu Visi dengan Ganjar soal Seni untuk Memanusiakan Manusia
Estu Pradhana Bramono, musisi dan personel The Blackstones meninggal dunia di kawasan Jatiwarna pada Jumat (15/12).
Jenazah Estu sempat dibawa ke RS Helsa Jatirahayu lalu ke rumah duka Dharma Agung Funeral Home, Bekasi Utara.
BACA JUGA: Jadi Caleg, Once Mekel Bicara Soal Alasan dan Tekad
Semasa hidup, Estu dikenal sebagai musisi yang peduli pada isu-isu sosial politik dan lingkungan hidup.
Dia terakhir tampil bermain keyboard pada acara konser Bongkar yang digelar dalam rangka memperingati hari Anti Korupsi dan HAM Sedunia yang berlangsung di Stadion Madya, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada 9 Desember 2023.
Estu juga tampil dalam festival musik yang digelar Amnesty International Indonesia di Pos Bloc, Pasar Baru, Jakarta pada 3 Desember 2023.
Dalam acara tersebut, dia juga hadir bersama Once Mekel dan Fajar Merah serta Usman and The Blackstones.
Selain memainkan lagu-lagu kritik sosial, Estu bersama band The Blackstones ikut mengiringi musisi asal Solo Fajar Merah yang merupakan putra Wiji Thukul.
Dia juga berkolaborasi dengan mantan vokalis Dewa Once Mekel, dan gitaris blues Gugun Blues Shelter yang turut hadir pada acara tersebut.
Usman Hamid, vokalis The Blackstones mengatakan Estu merupakan musisi multitalenta yang peduli pada hak asasi manusia, korupsi, dan lingkungan hidup.
"Estu sering gelisah dengan situasi musik di Indonesia. Selain terus bermusik untuk isu-isu yang dipedulikannya, dia sedang berusaha mendorong adanya kebijakan arsip nasional tentang sejarah musik Indonesia. Ini adalah kehilangan besar bagi aktivis dan musisi," beber Usman
Estu yang lahir pada 17 Februari 1977 meninggal dunia dalam usia 46 tahun.
Mendiang meninggalkan istri, Anak Agung Rai Puspa Dewi dan empat orang anak yang terdiri dari Sang Agung Raditya Prawara (27), Liandra Sasmita (24), Indira Larin Natasha (23) dan Kicanka Bramantya (10).
Sejumlah karya musik yang turut diracik Estu bersama The Blackstones, seperti Kemanakah, Larung, dan Rempang. (ded/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi