JAKARTA - Pengamat politik ekonomi Ichsanuddin Noorsy mengatakan mahalnya biaya listrik di Indonesia ditengarai karena banyaknya pemburu rente di PT (Persero) PLN. Temuan terbaru menurut Noorsy, terjadinya manipulasi nilai token listrik tiga bulan belakangan dan memasukan pembayaran token listrik ke dalam sistem industri keuangan.
"Manipulasi nilai token dan sistem pembayaran yang dimasukkan ke sistem industri perbankan melalui jaringan internet ini yang menjadikan pembayaran listrik itu mahal," kata Ichsanuddin Noorsy, dalam dialog kenegaraan "Di Balik Bisnis Pulsa PLN, Siapa Untung?", di pressroom DPR, Senayan Jakarta, Rabu (16/9).
Menurut Ichsanuddin, rente inilah yang kemudian menjadi monetisasi. Apalagi penerbitan kartu token ini ada kerjasama dengan perbankan. "ini sama dengan penerbitan kartu visa, dimana harganya ditentukan bank penerbit," ungkapnya.
Oleh karena itu, kata Direktur Eksekutif Pusat Studi Kebijakan Publik ini, tak heran dengan sistem token ini diduga rakyat rugi. Aksi-aksi seperti ini merupakan penyakit lama di BUMN. BUMN tetap saja menjadi sapi perah. "Modelnya itu, bagaimana mereka dapat keuntungan, jadi mereka bentuk melalui anak-anak perusahaan," ujar Noorsy.
Menurut Norrsy, saat ini sulit menghapus sistem token karena sudah menjadi bagian dari industri keuangan. Maka yang perlu diperbaiki adalah mental dan birokrasi BUMN. "Termasuk juga DPR yang menjadi bagian dari penyelenggara negara," pintanya.
Selain itu, dia juga menyatakan menolak swastanisasi PLN karena nantinya negara tak akan mampu mengendalikan harga listrik. "Kalau listrik diswastanisasi, nasibnya akan sama dengan sembako, karena mengikuti maunya importir," tegas Noorsy.(fas/jpnn)
BACA JUGA: Kepala Daerah Penentu Nasib Honorer K2
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekjen DPR Tak Datang, MKD Meradang
Redaktur : Tim Redaksi