Sabtu (11/5) operasi ditinjau langsung oleh Letjen (pur) Tiopan Bernhard (T.B.) Silalahi selaku pendiri TB Silalahi Center. Dia didampingi Panglima Kodam (Pangdam) V/Brawijaya Mayjen TNI Ediwan Prabowo dan Ketua Yayasan A New Vision Singapura Dr Indra.
T.B. Silalahi melihat seluruh proses operasi, mulai ketika pasien berada di ruang tunggu, operasi, hingga pascaoperasi. Dia mengatakan, operasi katarak menjadi satu hal yang penting untuk digelar. Pasalnya, banyak masyarakat kurang mampu yang menderita katarak. ”Bagi satu orang, (operasi katarak) untuk dua mata lebih dari Rp 10 juta. Gak mungkin rakyat kita yang berprofesi seperti petani mampu membiayainya. Kalau dibiarkan, mereka akan buta,” ujar dia.
Menteri pendayagunaan aparatur negara di era Orde Baru itu terharu dan berterima kasih kepada beberapa pihak yang memberikan sumbangsih untuk operasi katarak gratis tersebut. ”Saya sangat terharu karena bisa bersama teman-teman, baik dengan dokter dari Indonesia, Nepal, maupun Australia,” ujar dia.
Ediwan mengatakan, program operasi katarak gratis itu diharapkan bisa dihelat lagi pada masa mendatang. ”Di Jatim masih banyak lagi saudara kurang mampu penderita katarak. Bagi TNI, program tersebut akan terus,” tutur Ediwan.
Operasi katarak itu terasa istimewa karena kehadiran Dr Sanduk Ruit, pendiri Tilganga Institute of Ophthalmology di Kathmandu, Nepal, yang khusus menangani persoalan mata. ”Mungkin banyak yang anggap mereka negara miskin. Tapi, di bidang mata, mereka maju,” kata Dr Indra.
Ruit, yang di negaranya dijuluki Dokter si Miskin, punya metode terbaru dalam operasi katarak. Operasi yang dinamakan small incision cataract surgery (SICS) itu menggunakan teknik sayatan kecil tanpa jahitan. Teknik tersebut dianggap paling cepat karena hanya membutuhkan waktu lima menit untuk operasi.
Setelah katarak diambil, lensa baru dimasukkan untuk mengembalikan fungsi mata. Lensa itu berbahan plastik dan dibuat di Nepal. ”Meski dibuat di Nepal, mutunya terbaik dan dipakai di Jepang,” ujar Dr Haryoko Wihardjo MPH, sukarelawan A New Vision Singapura.
Haryoko mengatakan, meski operasi itu hanya memakan waktu lima menit, pasien harus menginap setidaknya semalam di rumah sakit untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Pascaoperasi, ada sejumlah hal yang menjadi pantangan bagi pasien. Antara lain, tidak boleh membungkuk. Gerakan itu tidak diperbolehkan karena lensa yang ditanam belum benar-benar kuat. Setelah dua bulan, pasien sudah bisa beraktivitas seperti sedia kala.
Haryoko menyatakan, biaya operasi katarak memang tinggi. Namun, dengan menggelar operasi masal, sejatinya biaya operasi bisa ditekan. ”Prinsip yang kami pakai adalah high volume (jumlah besar/banyak orang), tapi high quality,” ucap dia. (muf/hay/fir/jpnn/c11/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sembunyi Di Hutan, 10 Imigran India Ditangkap
Redaktur : Tim Redaksi