BEKASI -- Harapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar dwelling time (waktu tunggu) pelabuhan hanya tiga hari saja sehingga bisa mendorong laju perekonomian bakal terealisasi dengan optimalisasi Cikarang Dry Port (CDP). Pasalnya, pelabuhan daratan pertama kali di Indonesia yang terletak di kawasan industri terbesar di Timur Jakarta itu kini sudah beroperasi dengan layanan terpadu pemerintah dan terintegrasi akses jalur kereta api menuju ke arah Timur Jawa.
“CDP merupakan Pelabuhan Daratan pertama di Indonesia yang memiliki Kode Pelabuhan Internasional dan dipercaya sebagai Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) pertama. Layanan Kepelabuhanan, Kepabeanan, Karantina, BPOM sudah disediakan oleh pemerintah dan online melalui Indonesia National Single Window (INSW),” ujar Managing Director CDP, Benny Woenardi dalam siaran pers yang diterima JPNN, Minggu (31/3).
Selama ini, lama waktu tunggu petikemas sejak turun dari kapal sampai dengan petikemas keluar pelabuhan atau dwelling time di Tanjung Priok rata-rata hingga enam hari. Jika CDP ini beroperasi penuh, penumpukan petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya, bakal berkurang secara drastis. "Petikemas yang melalui CDP berkontribusi menurunkan Dwelling Time di Pelabuhan Tanjung Priok, rata-rata 2,8 hari," lanjutnya.
Pengamat ekonomi dari CSIS, Pande Radja Silalahi mengamini bila CDP menjadi salah satu simpul mengurai ruwetnya persoalan distribusi petikemas dan infrastruktur pelabuhan, “Harus ada cara cerdas begini, karena jika memaksakan untuk masuk ke pelabuhan, jelas akan menambah ruwet jalan yang ongkos ekonominya sangat mahal,” kata Pande.
Dia mencontohkan India yang sudah memakai system seperti CDP ini, “di India, pelabuhannya lebih kecil dari Tanjung Priok, tetapi kapasistas angkutnya besar. Itu karena semuanya dilakukan jauh dari pelabuhan, sehingga petikemas tinggal angkut,” tambahnya.
CDP bisa menjadi andalan baru dari sistem distribusi logistik di Tanah Air. Pelabuhan di darat yang resmi beroperasi pada 18 Agustus 2010 silam ini juga bakal memberikan keuntungan bagi pengusaha. "Kerugian akibat kemacetan parah di sekitar Tanjung Priok pun bisa dihindari pengusaha dengan mengambil atau mengantar petikemas ke CDP yang lebih dekat dari pabrik atau gudang. Selain itu, petikemas dari dan menuju CDP lebih efektif karena sama-sama bisa mengangkut barang. " tambah Pande.
Menuru Benny lagi, saat ini sebagian besar petikemas impor dari Priok dalam keadaan isi, dan saat pulang kosong. Melalui CDP tersedia jasa logistik yang terintegrasi dengan puluhan perusahaan logistik dan supply chain; seperti pelayaran, operator terminal, stasiun kereta, gudang, transportasi, logistik pihak ketiga (3PL), depo kontainer kosong, serta bank dan fasilitas pendukung lainnya. "Pelabuhan ini telah terhubung dengan pelabuhan lain di dunia melalui perusahaan pelayaran internasional serta sudah menggunakan standar internasional dalam pengelolaan pelabuhan,” ungkap Benny. (esy/jpnn)
“CDP merupakan Pelabuhan Daratan pertama di Indonesia yang memiliki Kode Pelabuhan Internasional dan dipercaya sebagai Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) pertama. Layanan Kepelabuhanan, Kepabeanan, Karantina, BPOM sudah disediakan oleh pemerintah dan online melalui Indonesia National Single Window (INSW),” ujar Managing Director CDP, Benny Woenardi dalam siaran pers yang diterima JPNN, Minggu (31/3).
Selama ini, lama waktu tunggu petikemas sejak turun dari kapal sampai dengan petikemas keluar pelabuhan atau dwelling time di Tanjung Priok rata-rata hingga enam hari. Jika CDP ini beroperasi penuh, penumpukan petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya, bakal berkurang secara drastis. "Petikemas yang melalui CDP berkontribusi menurunkan Dwelling Time di Pelabuhan Tanjung Priok, rata-rata 2,8 hari," lanjutnya.
Pengamat ekonomi dari CSIS, Pande Radja Silalahi mengamini bila CDP menjadi salah satu simpul mengurai ruwetnya persoalan distribusi petikemas dan infrastruktur pelabuhan, “Harus ada cara cerdas begini, karena jika memaksakan untuk masuk ke pelabuhan, jelas akan menambah ruwet jalan yang ongkos ekonominya sangat mahal,” kata Pande.
Dia mencontohkan India yang sudah memakai system seperti CDP ini, “di India, pelabuhannya lebih kecil dari Tanjung Priok, tetapi kapasistas angkutnya besar. Itu karena semuanya dilakukan jauh dari pelabuhan, sehingga petikemas tinggal angkut,” tambahnya.
CDP bisa menjadi andalan baru dari sistem distribusi logistik di Tanah Air. Pelabuhan di darat yang resmi beroperasi pada 18 Agustus 2010 silam ini juga bakal memberikan keuntungan bagi pengusaha. "Kerugian akibat kemacetan parah di sekitar Tanjung Priok pun bisa dihindari pengusaha dengan mengambil atau mengantar petikemas ke CDP yang lebih dekat dari pabrik atau gudang. Selain itu, petikemas dari dan menuju CDP lebih efektif karena sama-sama bisa mengangkut barang. " tambah Pande.
Menuru Benny lagi, saat ini sebagian besar petikemas impor dari Priok dalam keadaan isi, dan saat pulang kosong. Melalui CDP tersedia jasa logistik yang terintegrasi dengan puluhan perusahaan logistik dan supply chain; seperti pelayaran, operator terminal, stasiun kereta, gudang, transportasi, logistik pihak ketiga (3PL), depo kontainer kosong, serta bank dan fasilitas pendukung lainnya. "Pelabuhan ini telah terhubung dengan pelabuhan lain di dunia melalui perusahaan pelayaran internasional serta sudah menggunakan standar internasional dalam pengelolaan pelabuhan,” ungkap Benny. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Buah Impor Mulai Berkurang di Pasaran
Redaktur : Tim Redaksi