jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengembangan program optimasi lahan rawa yang dimulai pada 2016.
Hingga saat ini lahan rawa seluas 23.928 hektare telah dioptimasi. Optimasi itu dilakukan untuk mengimbangi kehilangan lahan sawah produktif.
BACA JUGA: Telur Bantuan Kementan jadi Penyambung Kehidupan Buruh Tani
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Pending Dadih Permana mengatakan, saat ini masih banyak masyarakat miskin yang memiliki lahan rawa yang cukup luas dan belum diusahakan secara optimal.
"Kami telah melaksanakan kegiatan optimasi lahan rawa dalam rangka mengoptimalkan lahan-lahan rawa yang masih sangat luas, khususnya yang berada di luar Jawa. Misalnya, di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera," ujar Dadih, Kamis (17/1).
BACA JUGA: Ditjen PSP Sukses Gelar Kegiatan Berbasis Responsif Gender
Dadih menyebutkan, pada 2016 lalu optimasi lahan rawa dilakukan seluas 3.999 hektare.
Pada 2017 melambat menjadi 3.529 hektare. Namun, pada 2018 meningkat pesat dengan luasan 16.400 hektare.
BACA JUGA: Kementan Pede Capai Target Asuransi Pertanian dan Peternakan
Dadih menjelaskan, lahan rawa Indonesia merupakan lahan produktif yang sangat luas dengan potensi produktivitas mencapai 7,4 ton per hektare.
Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas varietas lokal yang hanya 2,5-3 ton per hektare.
"Pengembangan lahan rawa tidak hanya menyelesaikan pekerjaan fisik, tetapi juga pengembangan sumber daya manusianya. Ini karena kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu penentu keberlanjutan program optimasi lahan rawa ini," tutur Dadih.
Menurutnya, selama tiga tahun ini Ditjen PSP akan mendampingi dan memastikan kegiatan budi daya berjalan dengan baik.
Salah satu caranya melalui pendampingan dengan memberikan penyuluhan.
"Melalui penyuluhan diharapkan masyarakat bisa mengelola lahan rawa menjadi satu klaster yang menguntungkan untuk kegiatan usaha tani," harap Dadih.
Sekretaris Dirjen PSP Kementan Mulyadi Hendiawan menambahkan, pihaknya akan memfokuskan perluasan lahan penanaman padi di lahan rawa dan lahan kering sepanjang tahun ini.
Penanaman padi akan dilakukan di areal lahan rawa seluas 500 ribu hektare dan 750 ribu hektare lahan kering.
Mulyadi menyatakan, program baru penanaman padi ini diharapkan pemerintah bisa menjadi terobosan dalam mengatasi semakin berkurangnya ketersediaan lahan tanam.
"Areal baru ini bisa menjadi titik percontohan bagi masyarakat potensi lahan kering di Indonesia masih cukup luas yaitu mencapai 29,39 juta hektare. Untuk lahan rawa, potensi pertaniannya mencapai 7,52 juta hektare," kata Mulyadi.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengaku optimistis program Optimasi Lahan Rawa akan memberi dampak baik pada semua pihak.
Bahkan, Kementan tahun ini akan menggalakkan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI).
"Saya yakin dengan program SERASI maka petani bisa untung enam kali lipat. Pertama, produktivitas meningkat dari dua ton menjadi enam ton per hektare. Selain itu, waktu menanam jauh lebih singkat, dari 25 hari menjadi tiga jam. Tentunya ini sesuai dengan misi kami untuk tingkatkan kesejahteraan petani," ujar Amran.
Dalam program SERASI, pemerintah mendorong peningkatan kesejahteraan petani melalui konsep koperasi yang dikorporasikan. Selama setahun, program SERASI akan dibiayai oleh pemerintah pusat.
"Kemudian di tahun berikutnya terus bertransformasi menjadi korporasi sehingga dikelola secara matang dengan perhitungan profit yang profesional," jelas Amran. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 2019, Kementan Bagikan 40 Ribu Unit Alsintan
Redaktur : Tim Redaksi