JAKARTA -Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) optimis aset perusahaan pembiayaan di 2014 menembus angka Rp 400 triliun“Kami optimis aset sebesar Rp 400 triliun di 2014 akan tercapai,” ungkap Wiwie Kurnia kepada pers di Jakarta.
Hingga April 2010, katanya, aset perusahaan pembiayaan mencapai Rp 188,2 triliun
BACA JUGA: Sanggup Biayai Donggi-Senoro
”Kami juga yakin di akhir tahun ini asetnya bisa menembus Rp 200 triliunBACA JUGA: Pan Brothers Capex USD 2 Juta
Sementara di akhir semesar I/2010, lanjutnya, ia memprediksi aset perusahaan pembiayaan bisa mencpaai Rp 192 triliun hingga Rp 193 triliun.Sebagian besar pembiayaan yang dilakukan adalah di sektor otomotif yang mencapai 90 persen
BACA JUGA: Bukit Uluwatu Investasi Rp 350 M
“Pembiayaan masih didominasi sektor otomotif, yaitu sepeda motor dan mobil yang kontribusinya masing-masing adalah seimbang,” ucapnya.Pertumbuhan pembiayaan tersebut, ujarnya, juga didukung perkembangan industri otomotif nasional“Saat ini, produksi motor mencapai 7 juta unitIndonesia akan bisa mencapai 10 juta unit produksi sepeda motor di 2014Sementara untuk mobil produksinya saat ini mencapai 600.00 unit dan ditargetkan mencapai 1 juta unit di kahir tahun ini,” urainyaIa mempertanyakan, kapan penjualan sepeda motor tersebut jenuhSebab, itu akan mempengaruhi industri pembiayaan nasional.
“Ada yang berpendapat penjualan sepeda motor akan mengalami kejenuhan di angka produksi 12 juta unitItu terjadi jika infrastruktur transportasi Indonesia telah baik,” tuturnyaTapi, imbuhnya, ada satu faktor lain yang dapat memengaruhi kejenuhan tersebut, yaitu selama tak ada teknologi baru di sepeda motor, misalnya berkembangnya sepeda motor listrik.
Namun untuk penjualan mobil, jelasnya, sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi nasional”Jika pertumbuhan ekonominya baik maka itu akan meningkatkan pembiayaan mobilDan sebaliknya, pembiayaan sepeda motor akan turunSebab, orang akan lebih memilih kendaraan yang lebih nyaman, yaitu mobil,” ungkapnya.
Terkait dengan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) perusahaan pembiayaan Indonesia, kata Wiwie, masih rendah, yaitu di angka 1,8 persen per April 2010Hingga April 2010, nilai NPL perusahan pembiayaan tercatat sebesar Rp 2,84 triliun. ”Jumlah itu masih rendah melihat dari total pembiayaan yang lancar mencapai Rp 152,58 triliun,” ucapnyaIa meyakini, imbuhnya, di akhir tahun ini NPL perusahaan pembiayaan nasional sebesar 1,2 persen.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan NPL tersebut adalah dengan mendorong terbentuknya biro kredit yang bernama Sistem Informasi Data (SID)Diharapkan dengan adanya SID yang telah disepakati oleh tiga asosiasi jasa keuangan seperti Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Pernabas), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan APPI akan memudahkan industri pembiayaan mengetahui track record nasabah maupun calon nasabah(snd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bank Mandiri Permudah Pelanggan Garuda
Redaktur : Tim Redaksi