Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya Yuktyanta mengatakan pemberian subsidi BBM sudah salah arah. "Kondisi seperti ini nggak boleh dibiarkan terus terjadi, kita tahu banyak subsidi yang bocor ke pihak yang tidak berhak tapi kita tidak bisa apa-apa," ujarnya, Senin (17/12).
Secara hukum, memang tidak ada aturan yang melarang orang kaya membeli BBM bersubsidi. Yang ada hanya himbauan agar orang kaya membeli yang BBM yang non-subsidi. Tapi tetap saja, mereka tidak malu membeli yang disubsidi. "Subsidi salah sasaran," tukasnya.
Bukan hanya itu, selain dinikmati orang mampu banyak juga warga negara asing (WNA) sekelas pejabat diplomatik maupun eksekutif swasta asing yang membeli BBM subsidi. "Parahnya lagi mobil-mobil orang asing itu juga bisa beli BBM subsidi," ungkapnya.
Dia mencontohkan, ada beberapa WNA yang secara finansial sangat kaya, sering bermain golf pada Sabtu dan Minggu tetapi sehari-hari memakai kendaraan kelas menengah seperti Toyota Innova.
"Mereka pasti membeli BBM subsidi. Masa yang beginian kita subsidi kan enggak masuk akal," keluhnya
Hanung membandingkan dengan kondisi petani yang tidak mempunyai mobil atau motor, dan hanya menggunakan bus ke kota sebulan sekali. "Mereka itu sebulan sekali ke pasar di kota, naik bus. Konsumsi BBM-nya paling empat liter, berarti disubsidi negara cuma Rp 20 ribu sebulan," ketusnya.
Sementara secara tidak langsung, negara membiarkan banyak orang kaya dan WNA yang mengendarai mobil pribadi tetap membeli BBM subsidi di SPBU. "Hitung-hitungan saya, orang asing itu bisa mendapat subsidi negara sampai Rp 6 juta sebulan. Ini kan ironi sekali," lanjutnya.
Dia menegaskan, gambaran tersebut merupakan kenyataan di lapangan betapa tidak adilnya penyalurab subsidi BBM bagi masyarakat. "Saya cuma menggambarkan kondisi paling ekstrim, bahwa banyak orang asing juga terima subsidi BBM. Ini harusnya menjadi pertimbangan pemerintah," jelasnya.(wir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kredit Nganggur Makin Menggunung
Redaktur : Tim Redaksi