jpnn.com, BRASILIA - Jumlah kasus virus corona di Brasil telah melewati satu juta pada Jumat (19/6). Dengan korban meninggal mendekati 50.000 jiwa, Brasil menempati posisi kedua sebagai negara yang terparah dilanda corona setelah Amerika Serikat.
Brasil mengonfirmasi pertama kali virus corona yang menginfeksi warganya pada 26 Februari. Virus itu menyebar terus hingga mengikis dukungan terhadap Presiden Jair Bolsonaro dan meningkatkan kekhawatiran atas keruntuhan ekonomi setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan yang rendah.
BACA JUGA: Brasil Menuju 1 Juta Kasus Positif Virus Corona
Pada Jumat, Brasil melaporkan 1.032.913 total kasus terkonfirmasi dengan 1.206 kematian baru, sehingga total korban meninggalnya menjadi 48.954.
Jumat itu Brasil juga mencatat rekor jumlah kasus baru harian sebanyak 54.771 yang mengisyaratkan wabah masih jauh dari teratasi. Brasil mungkin akan melampaui 50.000 korban kematian pada Sabtu sekalipun laporan akhir pekan dapat lebih rendah.
BACA JUGA: Si Jahat COVID-19 Pamer Keganasan di Brasil
Namun, kenyataan yang sebenarnya dari wabah itu melampaui angka-angka resmi, menurut banyak ahli, yang menyebut kurangnya pengujian yang menjangkau masyarakat secara menyeluruh.
"Angka satu juta itu jauh lebih kecil ketimbang jumlah riil warga yang terinfeksi sebab rendahnya laporan atas besarnya infeksi yang mencapai lima hingga 10 kali lipat." kata Alexandre Naime Barbosa, profesor medis Universitas Negara Bagian Sao Paulo.
BACA JUGA: Update Corona: Menara Eiffel Akan Dibuka Lagi, Brasil Makin Parah
"Jumlah sebenarnya mungkin sedikitnya 3 juta dan bahkan dapat sebanyak 10 juta orang."
Corona tiba di Brasil lewat warga kelas atas yang kembali dari liburan di negara-negara Eropa. Kini virus itu sudah menyebar ke lebih dari 80 persen wilayah Negeri Samba.
Bolsonaro, kadang dipanggil "Trump Tropis", telah dikritik karena caranya menangani krisis corona. Negeri itu masih belum mempunyai menteri kesehatan yang tetap setelah kehilangan dua sejak April setelah berselisih pendapat dengan presiden.
Bolsonaro menafikkan jaga jarak sosial, dengan menyebutnya sebagai langkah menghilangkan lapangan kerja yang lebih berbahaya daripada virus itu sendiri. Dia juga mempromosikan dua obat penyembuh corona chloroquine dan hydroxychloroquine meskipun tak ada bukti kemanjurannya.
Tekanan dari Bolsonaro dan kelelahan masyarakat setelah berbulan-bulan perintah isolasi lokal dan negara yang tak efektif membuat para gubernur dan wali kota mulai mencabut pembatasan pada kegiatan dagang dan perekonomian lainnya.
Pakar kesehatan masyarakat memperingatkan bahwa pembatasan yang longgar terlalu dini mengancam penularan yang kian melaju dan kematian yang melonjak.
"Kami pikir akan terjadi gelombang baru setelah pelonggaran langkah-langkah pembatasan," kata Ricardo Langer, dokter yang merawat pasien COVID-19 di rumah sakit lapangan Stadion Macarana di Rio de Janeiro. (ant/dil/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Adil