Orang yang Berkarakter Kuat Ogah Nonton Lady Gaga

Kamis, 24 Mei 2012 – 11:22 WIB
A.Kasandra Putranto. Foto: Ken Girsang/JPNN

HINGAR-bingar bukan di arena konser. Riuh perdebatan publik soal rencana konser Lady Gaga di Jakarta, sudah menggaung dalam beberapa pekan terakhir. Ada yang cemas lantaran takut generasi bangsa terimbas keseronokan sang artis.

Ada juga yang galau jika konser Lady Gaga benar-benar gagal total. Pro-kontra, dengan segala dalihnya, tampaknya masih terus bergulir. Apa yang sebenarnya memicu kerisauan? Sebatas soal keseronokannya kah? Adakah hal yang lebih substansial dari masalah itu?

A.Kasandra Putranto, Psikolog yang juga aktif di Bagian Pengembangan Profesi dan Keilmuan Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (APSIFOR), membeberkan pandangannya. Intinya, Kasandra, yang juga Humas Ikatan Psikologis Klinik (IPK) itu, menilai, tampilan Lady Gaga berbahaya. Berbahaya bagi siapa?

Berikut wawancara wartawan JPNN Soetomo Samsu dengan perempuan lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) itu, Kamis (24/5).

Bagaimana pandangan Anda terkait heboh Lady Gaga?
Sebagai industri musik, kita tak bisa menutup mata terhadap jenis musik-musik internasional, termasuk musik ala Lady Gaga. Dengan lirik-lirik yang luar biasa, masyarakat pendengar bisa terhipnotis oleh syair-syair lagu.

Bisa dijelaskan lebih jauh?
Secara psikologis, sebuah lagu dapat berdampak positif dan negatif, tergantung masing-masing individunya. Dari musik orang bisa terhipnotis. Dari nada-nada tertentu dan teks-teks, kata-katanya, bisa merasuk pada diri seseorang, dan berubah menjadi nilai-nilai dalam diri. Yang karakternya kuat, sudah tentu tidak akan terpengaruh. Tapi pada diri dengan karakter lemah, maka akan mudah terpengaruh.


Dalam konteks lagu-lagu Lady Gaga seperti apa?
Orang yang sedang depresi, bisa tambah terbebani pikirannya jika mendengar lagu-lagu yang mendayu, lemah. Jadi bisa tambah depresi. Kalau orang yang depresi mendengar lagu Maju Tak Gentar, maka dampaknya akan bagus. Jadi, dalam kontes lagu-lagu Lady Gaga, bagi masyarakat pendengar yang kuat karakternya, tidak akan menjadi masalah. Lagu Judas pun tidak akan menjadi masalah bagi kaum Nasrani yang kuat. Tapi akan menjadi masalah bagi yang lemah. Berbahaya sekali.

Jadi Anda tidak setuju konser Lady Gaga di Indonesia?
Saya tidak dalam kapasitas menyatakan setuju atau tidak setuju. Tapi, ketika masih cukup banyak yang lemah karakternya, ditambah unsur generasi muda yang banyak mengalami krisis identitas, kehadiran lagu-lagu dan gaya tampilan Lady Gaga berbahaya. Bagi generasi muda yang sudah kuat identitasnya, katakanlah sudah bercita-cita, 'Saya mau menjadi perakit mobil SMK', maka pasti dia tak doyan Lady Gaga.Tapi bagi yang masih mengalami krisis identitas, sangat berbahaya.

Dari aspek moralitas seperti apa?
Mari kita tinjau dari sisi krisis moral. Saya seorang muslim. Saya yakin masih banyak yang masih kurang meyakini keislamannya. Begitu pun, juga masih banyak umat Khatolik yang belum kuat meyakini kekhatolikannya. Secara psikologis, mereka masih rapuh, gampang terpengaruh. Ini juga berbahaya. Ini dalam konteks lagu Judas. Sebagai seorang muslim, seperti saya yang sudah yakin Tuhan kita Allah, Insya Allah tak gampang terpengaruh.

Apakah gaya penampilan Lagy Gaga juga punya dampak sosial?
Lady Gaga itu sangat terkenal dengan pilihan-pilihan modenya. Daging pun dijadikan baju, bahkan tanpa baju. Itu tentu menimbulkan kecemasan bagi kalangan orang tua, karena bisa menjadi life style. Bayangkan saja, Junifer Lopez dengan pakaiannya yang terbuka, dada kelihatan, ada artis kita yang ikut meniru. Belum lagi gaya Lady Gaga dengan celana dalamnya yang kelihatan. Kalau seperti saya, tak akan terpengaruh. Saya tetap suka batik dan kebaya, meski dimodis.

Sekali lagi, bagi kalangan masyarakat yang tak punya kebanggaan terhadap Indonesia, gaya penampilan Lady Gaga, bahaya, karena akan ditiru. Tapi bagi yang sudah kuat kebanggaannya, tidak akan mau meniru. Orang yang kuat kognitifnya, jatidirinya, moralnya, sosialnya, karakternya, tak akan mau nonton konser Lady Gaga. Diberi tiket pun saya tak mau. Inilah yang menjadi kecemasan pemerintah, para orang tua, dan kelompok-kelompok tertentu yang konsen dan peduli terhadap masa depan bangsa.

Jadi, sebaiknya konser Lady Gaga dilarang?
Tapi melarang dengan alasan ini, itu, juga tak bisa. Jangan hanya meributkan Lady Gaga, tapi di sini ada seperti itu dibiarkan saja. Kalau melarang, jangan larang Lady Gaga-nya, tapi lagu-lagunya, penampilannya, pakaiannya.

Saya pun mendapatkan kiriman foto artis dangdut kita tampil bugil, pegang-pegang bagian vagina di depan penonton yang banyak anak-anak, dengan menggunakan mike bergoyang menirukan adegan persetubuhan. Di depannya ada polisi, tapi dibiarkan saja. Saya tak ingin berpihak pro atau anti Lady Gaga. Tapi, semestinya ada konsistensi soal larangan yang seperti ini. Yang ada di dalam negeri, juga jangan dibiarkan saja.

Lantas, apa yang mestinya dilakukan pemerintah?
Yang lebih penting lagi, melarang nonton konser Lady Gaga, juga tidak akan menyelesaikan masalah yang menjadi kekhawatiran kita. Memang Lady Gaga bisa dilarang. Tapi, siapa yang bisa membatasi dan mencegah anak-anak kita nonton Lady Gaga lewat youtube? Ketika dilarang, mereka malah pengen tahu.***


BACA ARTIKEL LAINNYA... Saya Sudah Larang Jangan Ada Amplop-amplopan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler