jpnn.com, KOREA SELATAN - Di hadapan civitas akademika Mokpo National University, Korea Selatan, Presiden Kelima Republik Indonesia menyampaikan orasi ilmiah. Ketua Umum PDI Perjuangan itu memaparkan secara rinci tentang Demokrasi Pancasila yang menjadi pemikiran politik Presiden Soekarno.
“Saya ingin berbagi dengan anda semua tentang ilmu politik. ilmu politik yang terkait dengan demokrasi yang saya pelajari langsung dari ayah saya. Beliau adalah Bapak Bangsa Indonesia, Presiden Pertama Republik Indonesia, Dr. Ir Soekarno, atau biasa kami panggil Bung Karno,” kata Bu Mega mengawali orasi ilmiahnya di auditorium MNU, Munan, Provinsi Jeollanam-do, Korea Selatan, Kamis (16/11).
BACA JUGA: Inilah Orasi Ilmiah Lengkap Bu Mega di Korsel!
Menurut Bu Mega, pemikiran politik Bung Karno merupakan antitesa terhadap imperialisme dan kapitalisme, yang menjadi akar kemiskinan bangsa-bangsa terjajah, termasuk di Indonesia. Puncak pemikiran politiknya tertuang dalam konsep tentang dasar negara indonesia, yang disebut Pancasila.
Namun di sela-sela orasi ilmiah, Bu Mega tampak dua kali terharu. Yang pertama, saat menyinggung isu kemanusiaan dan kecintaannya terhadap bangsanya sendiri dari penjelasan prinsip sila kedua Pancasila.
Yang kedua, ketika berbicara mengenai konflik Korea yang hingga kini masih terus berlangsung.
Menrut Bu Mega, sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” merupakan prinsip yang meneguhkan kebangsaan atau nasionalisme. Nasionalisme merupakan gerakan pembebasan, suatu jawaban terhadap penindasan, inspirasi agung dari kemerdekaan. Prinsip ini merupakan komitmen Indonesia untuk mencapai keadilan dan kemakmuran, bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga untuk bangsa-bangsa lain.
“Kami Nasionalis, kami cinta kepada bangsa kami,” kata Bu Mega dengan suara yang berat sambil terisak.
Sejenak kemudian dia melanjutkan perkatannya,” Dan kami cinta kepada semua bangsa,”.
Keharuan Bu Mega berlanjut saat mengingatkan biaya mahal yang harus terbayar jika konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan terus berlanjut dan berujung kepada peperangan.
“Satu hal yang harus menjadi kesadaran kita bersama, apabila konflik Korea Selatan dan Korea Utara semakin mengeras, apabila konflik itu sampai berujung pada peperangan, harus kalian ingat yang paling dirugikan dan paling menderita adalah rakyat Korea Selatan dan Korea Utara sendiri,” katanya.
Sikap Bu Mega sendiri dalam konflik dua negara bertetangga itu adalah menginginkan Korea bersatu dalam panji kedamaian.
“Dalam perjuangan untuk perdamaian yang saya lakukan, saya selalu sisipkan doa bagi rakyat kedua negara,” kata Bu Mega dengan nada terharu sambil berkata,
”Semoga perang tidak akan pernah terjadi. Semoga perdamaian yang akan selalu terjadi,”. (jpnn)
Redaktur : Tim Redaksi