OSO Memotivasi Santri Ponpes Al Ashiriyyah Nurul Iman: Jangan Takut Berjuang, tidak Boleh Minder

Selasa, 19 September 2023 – 20:45 WIB
Tokoh nasional Oesman Sapta menjadi pembicara dalam acara "Santri Milenial Berdialog Bersama Tokoh Nasional Dr. (H.C) H. Oesman Sapta" di Pondok Pesantren Al Ashiriyyah Nurul Iman, Parung, Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/9). Foto: Source for JPNN.com.

jpnn.com - PARUNG - Tokoh nasional Oesman Sapta mengunjungi Pondok Pesantren Al Ashiriyyah Nurul Iman, Parung, Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/9).

Dia menjadi pembicara dalam acara "Santri Milenial Berdialog Bersama Tokoh Nasional Dr. (H.C) H. Oesman Sapta".

BACA JUGA: Beri Pengarahan kepada Kader Hanura Purworejo, OSO: Sentuh Masyarakat dengan Hati Nurani

Kehadiran OSO didampingi qari internasional Ustaz Mustafa disambut Pimpinan Yayasan Al Ashiriyyah Nurul Iman Habib Muhammad Waliyullah bin Syekh Habib Saggaf, dan ribuan santri.

Sebelum berdialog, OSO berziarah ke makam Pendiri Ponpes Al Ashiriyyah Syekh Habib Saggaf bin Mahdi yang berada di samping masjid ponpes tersebut.

BACA JUGA: OSO dan Hanura Merangkul Warga Purworejo Lewat Jalan Sehat Hati Nurani

OSO mengatakan memiliki hubungan yang sangat baik dan dekat dengan Habib Saggaf dan keluarga.

"Saya barusan ziarah ke makamnya di sebelah masjid ini. Pendiri pesantren ini adalah sahabat saya betul. Baik itu Habib Saggaf maupun istri beliau. Dahulu semasa beliau (Habib Saggaf) masih hidup, sering ke rumah saya," ungkap OSO.

BACA JUGA: OSO Sebut Ganjar Sosok Pemimpin yang Betul-Betul Bisa Menyentuh Hati Rakyat

Ketua umum Partai Hanura itu mengatakan bahwa kedekatan itu sudah terjalin sejak lama. Namun, kata OSO, hal itu tidak pernah diceritakan ke khalayak.

"Kedekatan saya memang bisa ditanyakan kepada keluarga, bagaimana dekatnya saya sama beliau dan keluarganya," kata OSO.

Sementara, kehadiran OSO disambut meriah oleh para santri yang terlihat bersemangat pada kesempatan itu.
Mantan wakil ketua MPR RI itu pun langsung menyampaikan sambutannya dan berdialog dengan santri.

OSO mengaku kehadirannya tersebut untuk memberikan motivasi agar santri-santri yang tengah menuntut ilmu bersemangat.

"Saya mengingatkan bahwa mereka tidak boleh merasa minder, tidak boleh merasa rendah diri," kata mantan ketua DPD RI itu.

Dia meminta kepada santri supaya hasil menuntut ilmu di pesantren dibawa atau diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

"Kemudian, mereka harus bisa menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara," ungkapnya.

Tokoh nasional Oesman Sapta bersama Pimpinan Yayasan Al Ashiriyyah Nurul Iman Habib Muhammad Waliyullah bin Syekh Habib Saggaf. Foto: Source for JPNN.com.

Pria kelahiran Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat, 18 Agustus 1950 itu pun bercerita soal kisah hidupnya.
OSO telah ditinggal sang ayah untuk selama-lama ketika masih berusia delapan tahun. Dia pun dibesarkan oleh sang ibu yang berprofesi sebagai penjahit pakaian.

"Saya bukan siapa-siapa. Bapak saya meninggal di umur saya delapan tahun, lalu saya dibesarkan oleh ibu saya. Luar biasa kasih sayang ibu saya. Itu sebabnya saya sayang kepada ibu saya," katanya.

Dia pun meminta para santri agar selalu menyayangi dan menghormati orang tua, terutama ibu.

"Tidak boleh durhaka kepada orang tua, apalagi sama ibu," ungkapnya.

OSO melanjutkan untuk bertahan hidup saat itu dia harus berjualan rokok di kawasan pelabuhan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Lalu, pada usia 16 tahun, dia memutuskan menjadi buruh angkut dari pelabuhan ke kapal.

Saat menjadi buruh, OSO pun perlahan-lahan mulai belajar berdagang. "Dari situ saya belajar berdagang membawa barang dagangan pakai kapal dari Pontianak ke Jakarta," katanya.

Lalu, OSO pun terus menekuni dunia bisnis. Hingga dia bisa menjalani berbagai macam bidang bisnis sampai sekarang ini.

"Saya tidak hebat. Karena dari dahulu sampai sekarang saya tetap seperti ini," katanya.

OSO mengatakan bahwa sepenggal kisah perjalanan hidupnya itu bisa dijadikan pelajaran berharga bagi para santri. Yang penting, ujar OSO, harus berani, banyak berusaha, berniat dan berdoa.

"Maksud saya, saya mengingatkan anak-anak agar jangan takut dalam hidup kalau betul-betul berjuang dan berniat," katanya.

OSO pun betul-betul merasa senang melihat perkembangan pesat pesantren yang berdiri sejak 1998 itu.

"Saya betul betul merasa senang, kenapa, karena begitu pesatnya maju pesantren ini. Saya punya hubungan batin, hubungan kekeluargaan yang begitu dekat sampai dengan Habib Saggaf meninggal," katanya. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler