Otsus Papua: Ada Kepala Daerah Kendalikan Pemerintahan dari Jakarta

Kamis, 13 Agustus 2020 – 04:40 WIB
Warga Papua. Ilustrasi Foto: dok Kemendagri

jpnn.com, JAYAPURA - Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) Boy Markus Dawir menyebutkan beberapa contoh keberhasilan implementasi UU Otonomi Khusus (Otsus) di Bumi Cenderawasih itu.

"Keberhasilan Otsus itu banyak, seperti dalam bidang pendidikan, ada ribuan anak-anak kita (asli Papua) dikirim sekolah keluar negeri, baik dikirim ke Australia, Selandia Baru, Jerman, Belanda dan Amerika. Kemudian dikirim Afrika, Cina, hingga Jepang," katanya di Jayapura, Papua, Rabu (12/8).

BACA JUGA: Dana Otsus Papua Tahap Dua Belum Cair, Pusat Tak Punya Uang?

Dikatakan, di hampir semua negara besar di dunia, ada anak-anak Papua yang dikirim untuk menuntut ilmu di sana,

“Hal itu merupakan bentuk dari keberhasilan pelaksanaan Otsus,” ujarnya.

BACA JUGA: Soal Pemekaran Wilayah, Nono Sampono: Kalimantan dan Papua Sama-sama Strategis

Selain itu, ada pendidikan gratis untuk anak-anak Papua.

“Ada juga penyaluran dana Otsus untuk keagamaan seperti ke sinode gereja, pelayan Tuhan (pendeta) juga terima, termasuk para Bupati dan Wali Kota yang memiliki program untuk keagamaan dan pendidikan, termasuk kesehatan, dan itu sumbernya dari dana dari Otsus," katanya.

BACA JUGA: Fahri Hamzah Bikin Polling, Fadli Zon Mungkin Terkejut Lihat Hasilnya

Sementara untuk kelompok atau pihak yang berteriak Otsus gagal, minta referendum, atau minta Papua merdeka, menurutnya itu merupakan hal yang biasa dalam sebuah negera demokarasi.

"Misalnya di negara-negara yang menjunjung tinggi demokrasi seperti Australia, Jerman, dan Amerika, biasa saja aspirasi seperti itu. Karena hal biasa dalam dinamika sebuah negara.

Namun, kata dia, kelompok atau orang yang berteriak Otsus gagal, memang ada benarnya juga, karena ada oknum kepala daerah yang meninggalkan tempat tugas atau daerahnya hingga enam bulan dan mengendalikan pemerintahan dari Jakarta.

Ada juga dana Otsus yang dikirim ke para bupati lewat program Respek yang kini berganti nama Prospek dengan nilai Rp100 juta per kampung tapi tidak sampai ke tengah warga.

"Ini terjadi pada zaman Barnabas Suebu jadi gubernur dengan program Respek yang sekarang berganti nama Prospek. Lalu, ada juga di kabupaten yang uang ini hilang miliaran rupiah, tetapi polisi dan jaksa tidak tangkap pelakunya. Ini yang membuat masyarakat kecewa kenapa negara kasih ke rakyat, tetapi dihilangkan oleh aparat pemerintah sendiri atau pejabat negara. Tapi aparat berwajib tidak mengusut dan mengungkap masalah ini," katanya.

Lebih lanjut, Boy Markus Dawir yang akrab disapa BMD oleh warga di Papua itu mengatakan bahwa kini pemerintahan Presiden Jokowi bersama kabinet dan masyarakat Papua sedang melakukan evaluasi bersama soal Otsus yang telah berjalan sejak 2001.

"Pemerintah pusat juga melakukan revisi UU Otsus yang merevisi khusus pasal 34 ayat 6 terkait akan berakhirnya pemberian dana Otsus untuk Papua dan Papua Barat, yang berbunyi bahwa dana Otsus sebesar 2 persen dari DAU nasional itu akan berakhir dalam 20 tahun setelah pelaksanaan, kira-kira tahun 2021," katanya.

Menurut dia, pemerintah pusat telah mengambil langkah untuk mengajukan revisi dan sudah masuk dalam proglegnas DPR RI dengan nomor urut 42 dalam proglegnas.

"Nah terkait ini, Pemerintah Papua dan Papua Barat akan kumpul pada Kamis pekan ini untuk membicarakan, selain yang diajukan pemerintah pusat dalam pasat dalam pasal 34, maka apa yang harus disiapkan dari pemerintah Papua dan Papua Barat untuk mengisi pasal yang lain, seperti pasal orang Papua harus diakui atau diangkat itu harus dicoret," katanya.

"Itu ada pasal 1 huruf t dalam UU Otsus itu harus dicoret. Kemudian pemilihan gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, wali kota dan wakil walikota harus orang asli Papua. Itu di antaranya pasal-pasal yang dipersiapkan untuk diajukan sebagai revisi tambahan oleh pemerintah dan rakyat Papua," sambungnya.

BMD juga mengaku bahwa kini orang Papua telah menjadi tuan di atas tanah sendiri, Kapolda orang asli papua, Pangdam XVII/Cenderawasih orang asli Papua, Kejati Papua juga orang asli Papua.

"Tinggal yang kekurangan-kekurangan itu nanti kita akan benahi di waktu datang. Otsus merupakan pilihan terbaik yang diberikan oleh pemerintah. Tinggal kekurangan akan dibenahi dan lengkapi, seperti bupati dan wakil bupati, masyarakat Papua harus diakui itu juga. Jadi orang yang berteriak otsus gagal dan selainnya itu hal biasa-biasa saja, itu dinamika dalam bernegara, tidak perlu ada yang ditakuti," katanya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler