SURABAYA - Industri tembakau makin lesu. Itu terbukti pada prediksi harga tembakau tahun ini yang lebih rendah dari tahun lalu. Penyebabnya dua faktor. Yakni, menurunnya kebutuhan pabrik rokok dan tingginya kapasitas produksi. Sehingga, oversupply tembakau tahun ini tak terhindarkan lagi.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim Moch Samsul Arifien menyatakan, penurunan tersebut merupakan efek domino dari anomali tembakau dua tahun terakhir, 2010 dan 2011. Pada 2010, permintaan pabrik rokok sebanyak 70 ribu ton tembakau tak terpenuhi. Cuaca yang buruk membuat Jatim hanya bisa menghasilkan 55 ribu ton tembakau.
"Pabrik yang mengalami hal ini langsung berlomba menyapu bersih persediaan tembakau 2011," ungkap dia saat ditemui Jawa Pos, Selasa (31/7). Padahal, persediaan tembakau 2011 mencapai 115 ribu ton. Angka tersebut melebihi kebutuhan pabrik rokok tahun 2011 yakni 95 ribu ton.
Persaingan borong memborong antar perusahaan pun tak terelakkan. Harga tembakau pada 2011 menjadi tinggi, yakni Rp 40-60 ribu per kilo. "Ya perusahaan takut kekurangan persediaan seperti tahun 2010," ujarnya.
Namun, aku Samsul, efek tersebut membuat para petani tergiur untuk menanam lebih banyak tembakau. Padahal, pihaknya sudah mewanti-wanti agar para petani mengurangi jatah panen tembakau tahun ini. Sebab, perusahaan rokok juga mengisyaratkan turunnya permintaan tersebut.
Hasilnya, produksi tembakau tahun ini diduga mencapai 125 ribu ton. Sedangkan, kuota penyerapan perusahaan rokok hanya berada di angka 85 ribu ton. "Ditambah lagi dengan penyerapan perusahaan rokok kecil yang menurun. Biasanya minta 35 ribu ton sekarang cuma minta 20 ribu ton," ujarnya.
Karena itulah, Samsul memprediksi harga tembakau tahun ini jatuh di angka Rp 30-35 ribu per kilo. Tapi, dia mengalkulasi bahwa petani masih bisa untung. Sebab, modal yang diperlukan untuk menghasilkan 1 ton tembakau adalah Rp 15 juta. (bil/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dana Transfer ke Daerah Rp 500 T
Redaktur : Tim Redaksi