Paguyuban Sugeng, Komunitas dengan Nama Sama Terbanyak versi MURI

Karena Ada 300 Sugeng Riyadi, Dipanggil Riyadi 007

Selasa, 04 Desember 2012 – 08:08 WIB
Para Paguyuban Sugeng dalam acara musyawarah besar di Hanggar Kafe, Jakarta Selatan. Foto; dokumentasi Paguyuban Sugeng for JAWA POS

Paguyuban Sugeng terbentuk gara-gara rasa penasaran seorang warga Malaysia bernama Sugeng Jabri. Kini anggotanya lebih dari 4.500 orang, tersebar mulai Australia sampai ke Sudan.
 
 SEKARING RATRI ADANINGGAR, Jakarta

DI sebuah kafe di kawasan Jakarta Selatan akhir bulan lalu, empat pria tengah hangat berbincang. Percakapan berjalan gayeng sambil sesekali diiringi guyonan berbahasa Jawa. Secangkir teh dan kopi serta dua gelas jus turut menemani.

Tiba-tiba, seorang perempuan tengah baya datang menghampiri. Dia memanggil, "Pak Sugeng," sembari melambaikan tangan. Spontan, empat pria tersebut menoleh berbarengan. Kontan, si perempuan ikut kaget.

Ternyata, empat pria itu memang bernama Sugeng. Setelah menunjuk "Sugeng" yang dimaksud, baru si perempuan tersebut berbincang sebentar lantas berlalu. "Memang sering terjadi yang seperti tadi, Mbak. Kami pas lagi jalan bareng, kemudian ada yang manggil Sugeng, ya pasti noleh semua," ujar Sugeng Riyadi, salah seorang di antara empat pria tersebut, saat ditemui Jawa Pos bersama tiga Sugeng lainnya.
 
Empat Sugeng yang ditemui Jawa Pos itu ternyata bukan kawan lama. Mereka dipertemukan dalam sebuah wadah atau organisasi nonprofit bernama Paguyuban Sugeng.

Ya, sesuai namanya, seluruh anggota paguyuban memiliki unsur nama Sugeng. Seperti halnya Budi, Endang, maupun Asep, Sugeng memang salah satu nama yang jamak alias banyak dimiliki orang Indonesia.

"Kami kenalnya ya dari PS (Paguyuban Sugeng). Karena sama-sama pengurus, jadi kadang ketemuan, khususnya kalau PS mau ada kegiatan," papar Sugeng Riyadi yang merupakan ketua Paguyuban Sugeng.

Kegiatan paguyuban memang cukup beragam. Di samping silaturahmi rutin, mereka kerap menggelar rapat pengurus bulanan. Paguyuban juga membikin website serta Warung Online PS.

Paguyuban juga sudah memiliki Koperasi Paguyuban Sugeng (KPS) serta melakukan bakti sosial. Mereka juga membuat atribut serta merchandise PS. "Kami juga rutin berkomunikasi lewat Facebook, SMS, BBM, mailing list, sampai Skype," tambah Sugeng Daryono yang akrab disapa Mbah Dar yang juga pengurus PS.

Mengapa sampai menggunakan Skype, fasilitas percakapan video online" Mbah Dar menuturkan, anggota paguyuban tidak hanya berada di Indonesia. Beberapa menetap di luar negeri seperti Australia, Malaysia, Sri Lanka, bahkan Sudan di Afrika sana.

Hingga November 2012, anggota PS sudah tembus lebih dari 4.500 orang. Karena itu, PS pun diganjar penghargaan oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) untuk kategori Komunitas dengan Nama Sama Terbanyak pada 9 November lalu.

"Kami bangga dan senang sekali karena diakui Muri. Karena itu, para anggota siap mempertahankan rekor ini agar tidak terkejar oleh paguyuban lain," tegas Sugeng Budiono, Sugeng lainnya yang turut menemui Jawa Pos.

PS resmi dibentuk pada 9 November 2008. Sugeng Riyadi mengisahkan, keberadaan PS justru bermula dari rasa penasaran seorang warga Malaysia yang bernama Sugeng Jabri.

Di Malaysia, nama Sugeng tergolong aneh. Karena itu, Sugeng Jabri kadang merasa terasing. Sejak di bangku sekolah, teman-temannya kerap mengejek karena perkara nama tersebut.

Makin diolok-olok, Jabri pun makin penasaran apakah hanya dirinya yang memiliki nama langka itu. "Dia asli orang Malaysia. Mungkin ada nenek moyangnya yang orang Indonesia, makanya namanya Sugeng," jelas Sugeng Riyadi.

Puncaknya, pada 2006, Jabri mencoba mencari nama Sugeng di laman Yellow Pages Malaysia. Sesuai dugaannya, di seluruh penjuru Malaysia, hanya ada lima orang bernama Sugeng. Rasa penasaran Jabri pun kian menjadi.

Dia lantas kembali mencari "Sugeng" lewat situs jejaring sosial yang tengah tren saat itu, Friendster. Hasilnya pun belum memuaskan. Baru tujuh orang Indonesia bernama Sugeng yang berhasil dia temukan. Meski begitu, Jabri tetap menjalin kontak dengan para Sugeng tersebut.

Akhirnya, Maret 2007, Jabri berkunjung ke Solo untuk bertemu dua Sugeng, yakni AR Sugeng Riyadi dan Sugeng Rahmadi. Seusai bersilaturahmi, Jabri pulang ke Malaysia.

Pertemuan singkat tersebut membuat Jabri makin bersemangat untuk menelusuri keberadaan Sugeng-Sugeng yang lain. Dia pun kembali aktif searching nama Sugeng di Friendster.

Upayanya sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Dia menemukan lagi Sugeng-Sugeng yang lain. Awal 2008, Jabri kembali mengunjungi Indonesia.

Pada perjalanannya kali ini, dia berhasil bertemu beberapa Sugeng di Jakarta, termasuk sang Ketum Sugeng Riyadi. Pertemuan tersebut akhirnya menggawangi terbentuknya PS. Sepulang Jabri ke Malaysia, Sugeng Riyadi langsung menindaklanjuti keinginan dia untuk mengumpulkan Sugeng-Sugeng lain.

"Saya bikin mailing list dengan yahoogroups. Namanya Sugengdansugeng@yahoogroups.co m. Dari situ, sampai terkumpul 40 Sugeng," jelas Sugeng Riyadi.

Lama-kelamaan, jumlah anggota mailing list SugengdanSugeng terus bertambah hingga menjadi 125 orang. Akhirnya, mereka melakukan kopi darat pertama pada 9 November 2008 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Tanggal pertemuan tersebut lantas ditetapkan sebagai tanggal lahirnya PS. Booming-nya situs jejaring sosial Facebook pun tidak disia-siakan Sugeng Riyadi. Dia membikin akun Facebook PS. Tidak lupa, dia mem-posting foto-foto pertemuan PS.

Dari Facebook, keanggotaan PS pun berkembang pesat. Selain sosialisasi makin mudah, setiap anggota aktif mengajak anggota lainnya yang memiliki unsur nama Sugeng. Akhirnya, anggota PS pun menembus angka 4.656 orang.

Dalam perkembangan dari pertemuan tersebut dan beberapa pertemuan berikutnya, dibuatlah AD (anggaran dasar)/ART (anggaran rumah tangga) yang menjadi dasar akta paguyuban secara notarial.

Kemudian, lanjut Sugeng Riyadi, dibentuklah Presidium Paguyuban Sugeng yang bertugas mempersiapkan musyawarah besar dengan anggaran dasar kali pertama disusun dan didaftarkan ke notaris Aidah SH di Bekasi dengan nomor register notaris 01, tanggal 4 Agustus 2011. Selanjutnya, mereka menggelar musyawarah besar paguyuban untuk membentuk kepengurusan tetap pada 20 November 2011.

"Akhirnya dibentuklah kepengurusan tetap yang definitif periode 2011"2014. Sesuai voting, saya akhirnya ditunjuk sebagai ketua umum," jelas Sugeng Riyadi.

Yang terkini, PS baru saja merayakan ulang tahun keempat pada 11 November lalu. Perayaan hari jadi kali ini cukup istimewa. PS mendapat hadiah istimewa, yakni penghargaan dari Muri tersebut. "Yang datang waktu itu juga ramai, sampai 140-an anggota," ujar Sugeng Sugianto yang menjabat humas dalam PS.
 
Menurut Sugeng Riyadi, kopi darat adalah saat-saat yang sangat menyenangkan. Selain bisa menambah teman, terbuka peluang bisnis. Tapi, bukannya tanpa persoalan: bagaimana cara memanggil ratusan orang yang semua bernama Sugeng?
 
Akhirnya disepakati, para anggota PS memanggil nama belakang atau nama selain Sugeng. Misalnya, Sugeng Riyadi disapa Riyadi. Namun, ternyata itu pun tetap menyisakan masalah karena ada 300 Sugeng Riyadi dalam PS.

"Karena itu, kami terus-menerus mengajak para anggota untuk segera mengumpulkan KTP atau identitas diri lainnya agar bisa didata dan mendapat nomor anggota. Jadi, nomor anggota itu juga menjadi panggilan," papar Sugeng Riyadi.

"Misalnya saya, nomor anggota saya 007. Karena Riyadi juga banyak, saya dipanggil Riyadi 007. Yang lain lagi misalnya Hariyanto 123 dan seterusnya," lanjutnya.

Mirip James Bond dan Wiro Sableng, memang. Karena itu, para "Sugeng" sudah bisa memastikan, jika ada yang memanggil mereka dengan nama belakang plus nomor anggota, pasti dia adalah anggota PS. Sebab, orang-orang di luar PS selalu menyapa dengan nama Sugeng.

Bukan hanya panggilan yang unik, bergabung di PS juga menghadirkan sejumlah pengalaman tak kalah unik. Misalnya, yang dialami Sugeng Daryono alias Mbah Dar.

Suatu ketika, Mbah Dar berniat pergi ke Kediri dan Surabaya melalui jalan darat. Rencana perjalanan tersebut dia posting di Facebook.

Di antara sekian banyak Sugeng, ada salah seorang yang menanggapi dengan intensif. Mbah Dar dan Sugeng lainnya tersebut saling berbincang lewat Facebook. Pria asli Jogjakarta itu menjelaskan bahwa dirinya akan mengendarai mobil Suzuki APV merah lengkap dengan pelat nomor serta tanggal keberangkatannya.

Akhirnya, Mbah Dar pun melakukan perjalanan. Dari Kediri menuju Surabaya, dia melewati Jombang. Tiba-tiba, rombongan Mbah Dar dihentikan seorang polisi.

Petugas itu memberi hormat dan menanyakan apakah Mbah Dar akan ke Surabaya. Setelah mengiyakan, polisi tersebut menunjukkan jalan alternatif kepada Mbah Dar. "Jadi, kalau biasanya mau ke Surabaya itu lurus, saya disuruh belok karena katanya jalannya lebih enak dan nggak macet," ungkapnya.
 
Tiba di Surabaya, rombongan pria berusia 60 tahun tersebut kembali dihentikan seorang polisi. Lagi-lagi polisi itu menanyakan tujuan Mbah Dar.
 
"Saya bilang, saya mau ke (Bandara) Juanda dan langsung diarahkan ke jalan yang nggak macet. Setelah pulang dari rumah ponakan saya, saya dicegat lagi. Dan lagi-lagi mereka sudah tahu tujuan saya berikutnya, saya mau ke Suramadu. Dan itu diarahkan lagi," paparnya.
 
Tak cukup di situ, ketika sampai di perlintasan lampu merah Sidoarjo, Mbah Dar sekali lagi dihentikan seorang polisi. Karena penasaran, Mbah Dar pun memberanikan diri bertanya.
 
"Saya tanya, kenapa ya dari tadi saya terus dihentikan polisi dan diarah-arahkan. Polisi tersebut menjawab, itu perintah dari komandannya. Saya baru ngeh, ternyata Sugeng yang selama ini saya ajak chatting itu adalah seorang pejabat di Polda Jatim. Sampai sekarang, saya nggak tahu orangnya seperti apa, tapi saya berterima kasih sekali sama beliau," ungkap Mbah Dar.
 
Lain lagi pengalaman Sugeng Budiono. Dia menuturkan, pernah suatu kali PS menggelar pertemuan di suatu gedung perkantoran di Jakarta. Seperti peraturan di gedung perkantoran pada umumnya, siapa pun yang masuk harus menitipkan KTP atau kartu identitas diri.
 
Karena ada keperluan lain, Sugeng Budiono harus pulang lebih dulu. Nah, ketika sampai di bagian pengambilan kartu identitas, pihak sekuriti menanyakan namanya.
 
"Saya jawab nama saya Sugeng. Dia langsung kasih aja KTP. Karena saya nggak lihat, saya langsung pergi aja. Ternyata, pas saya mau naik kendaraan umum, saya baru sadar itu bukan KTP saya. Saya langsung balik dan minta KTP saya. Satpamnya bingung karena ternyata banyak KTP dengan nama Sugeng. Saya bilang ada pertemuan para "Sugeng", dia makin bingung," ujarnya lantas terbahak.
 
Saat ini, Sugeng Riyadi mengungkapkan, PS menargetkan bisa merangkul sebanyak mungkin para "Sugeng". Karena itu, dia kerap mengimbau para anggota untuk mengajak serta para "Sugeng" yang belum bergabung dalam PS.
 
"Jadi, kalau saya dengar ada temannya siapa bernama Sugeng, saya langsung minta kontaknya. Nanti saya hubungi untuk diajak gabung," papar Riyadi 007.
 
Riyadi menuturkan, menjadi anggota PS memiliki sejumlah keuntungan. Saat ini, dirinya tengah mengupayakan seluruh anggota PS bisa mendapat diskon 50 persen di klinik Prodia di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, PS berencana menjadikan kartu anggota bukan sekadar kartu biasa.
 
"Jadi, kartu membership-nya bisa berguna. Misalnya, untuk mengurus asuransi. Kami sedang jajaki itu sekarang," imbuh dia. (*/c5/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Cak Nun di Antara Penegak Hukum


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler