jpnn.com, JAKARTA - Banyak pihak menyarankan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk tidak maju sebagai calon presiden maupun wakil presiden 2019. Anies diminta komitmen dengan janjinya menyelesaikan sengkarut persoalan Jakarta hingga akhir masa jabatannya.
“Pak Anies itu harus menahan diri, jangan terpancing oleh keinginan kelompok-kelompok yang ingin menjadikan dia sebagai tameng atau boneka untuk kepentingan pengusaha, pebisnis, atau kepentingan yang lain. Anies harus sadar itu. Jangan sampai dia diperalat oleh pemburu rente kekuasaan,” kata pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (10/7).
BACA JUGA: Zulkifli Hasan Boleh, Anies Baswedan Juga Oke
Pangi menyebut Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) sebagai salah satu pihak yang ingin Anies maju sebagai calon presiden. Tujuannya untuk mengamankan semua kepentingan JK dan kelompok bisnisnya.
JK, kata Pangi, tidak ingin kehilangan pengaruh di Istana, di samping keberlangsungan bisnisnya juga harus jalan.
BACA JUGA: Peluang Duet Prabowo-AHY Kecil, Prabowo-Zul Insyaallah Bagus
“Yang kita khawatirkan Anies tidak sadar dia diperalat dengan kepentingan ini,” ujar dia.
Hal lain yang mendasari Anies untuk tidak maju di Pilpres mendatang adalah preseden buruk bila jabatan gubernur DKI Jakarta hanya dijadikan batu loncatan. Seperti juga pernah dilakukan Presiden Jokowi empat tahun silam.
BACA JUGA: Anies - AHY Berpeluang Jika Poros Ketiga Terbentuk
Pangi menyarankan Anies untuk tidak mengulangi peristwa itu dan komitmen menyelesaikan masa jabatannya sebagai gubernur Ibu Kota.
“Energi yang digunakan untuk memilih Anies itu cukup besar. Baik dari biaya pemilunya, pengorbanan masyarakat, terpecah-pecahnya masyarakat. Memilih beliau bukan hal yang sepele. Berat tanggung jawabnya," kata Pangi.
"Anies harus meninggalkan tradisi kutu loncat yang tidak menyelesaikan masa jabatan ini, karena tradisi ini tidak baik, tradisi yang tidak perlu diteruskan. Tradisi bahwa yang dilakukan Jokowi pun salah sebetulnya.”
Jika Anies ngotot maju mengikuti tradisi Jokowi, Pangi berpendapat, hal itu akan menjadi mimpi buruk bagi masyarakat DKI Jakarta ke depanya. Ada gubernur yang hanya 1,5 tahun, bahkan ada yang belum genap satu tahun sudah lompat meninggalkan jabatan.
"Sampai kapan pemimpin kita tidak amanah dengan janji-janji politik. Anies pernah berjanji bahwa tidak akan meninggalkan Jakarta, ketika janji itu masih ada sampai sekarang dan masyarakat masih pegang janji itu, ini jadi blunder, jadi bunuh diri kalau Anies memaksakan kehendak," ujarnya.
Partai Memperalat Anies?
Menurut Pangi, selain dimanfaatkan oleh kelompok kepentingan, Anies juga perlu waspada kemungkinan diperalat partai untuk memanfaatkan elektabilitasnya. Seperti terjadi saat Pilkada serentak beberapa waktu lalu, banyak partai yang memanfaatkan figur populer dan elektabilitas untuk mengangkat suara partai.
"Ada yang memanfaatkan figur beliau yang lagi moncer sedang terang. Artinya secara individu saja itu sudah kuat, sudah bisa menyumbangkan insentif elektoral. Dia sudah punya ceruk segmen pemilih. Seperti contoh di Pilkada kemarin, kalau saja partai pengusung Ridwan Kamil mematikan mesin saja, itu Ridwan Kamil, masih menang kok. Karena yang dipilih orang bukan partai tapi figur," jelasnya.
Pangi pun menyarankan partai untuk percaya diri dengan kader sendiri dan tidak hanya mendompleng figur lalu mengklaim kemenangan.
“Partai berpikir ulang menjalankan habitus tradisi politik meritokrasi yaitu menghargai dan menghormati dan sangat percaya diri dengan kader sendiri ketimbang hanya mengklaim,” jelasnya.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demokrat: Prabowo yang Minta AHY jadi Cawapres
Redaktur & Reporter : Friederich