Pak Menteri Agama Diminta Fokus Benahi Internal Kemenag daripada Urus Larangan Bercadar

Senin, 04 November 2019 – 03:45 WIB
Presiden Jokowi berswafoto dengan seorang wanita bercadar di Kendari, Sabtu (2/3). Foto: M Fathra/JPNN

jpnn.com, MATARAM - Polemik larangan bercadar yang sempat diwacanakan Menteri Agama Fachrul Razi masih berlanjut. Wacana itu juga menjadi sorotan anggota Komisi VIII DPR RI, Syamsul Lutfi.

Syamsul mengatakan, wacana yang dilontarkan terkait larangan penggunaan niqab atau cadar dan celana cingkrang di kalangan ASN pemerintahan, hendaknya dikaji terlebih dahulu.

BACA JUGA: Polemik Larangan Bercadar di Institusi Pemerintah, Tito Karnavian: ASN Dibayar oleh Negara

"Karena ini menyangkut agama, dan bisa menimbulkan persepsi yang berbeda-beda, hendaknya wacana seperti ini dikaji dulu. Tidak bisa serta merta diterapkan," kata legislator Partai Nasdem dari Dapil NTB II/Pulau Lombok itu di Mataram.

Syamsul menegaskan, wacana tersebut harus dikaji mendalam dengan melibatkan tokoh agama, alim ulama, dan menjaring aspirasi dari seluruh pemda dan masyarakat di daerah.

BACA JUGA: Polemik Larangan Bercadar, Jokowi: Cara Berpakaian Itu Pilihan Pribadi

Sebab, papar dia, karakteristik dan budaya masyarakat di Indonesia sangat beragam dan memiliki kearifan lokal masing-masing, yang tidak boleh dinafikan pemerintah pusat dalam mengambil kebijakan.

"Karena persoalan ini menyangkut urusan agama maka sangat baik pula bila kita bicarakan juga dengan para tokoh agama, sebelum wacana tersebut benar-benar diterapkan agar masyarakat menjadi tenang dan tidak terjadi apa apa yang kita khawatirkan," kata Lutfi.

BACA JUGA: Pernyataan Wamenag Zainut Tauhid soal Cadar dan Celana Cingkrang

Dia menegaskan, jika niqab atau cadar dan celana cingkrang dikaitkan dengan radikalisme dan terorisme maka hal tersebut menjadi sebuah kekeliruan besar.

"Tindakan radikalisme apalagi terorisme sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama atau etnis tertentu, bila ada yang memiliki pandangan bahwa terjadinya radikalisme faktornya adalah agama tertentu maka pastilah itu pandangan yang keliru dan harus kita luruskan karena tindakan radikal bisa saja dilakukan oleh siapapun penganut agama manapun bahkan oleh oknum yang tidak beragama sekali pun," tegasnya.

Syamsul Lutfi yang juga kakak kandung Tuan Guru Bajang (TGB) menekankan, bahwa tindakan radikalisme lebih banyak dipicu oleh kesenjangan ekonomi dan ketimpangan sosial.

"Serta oleh mereka atau kelompok mereka yang merasa belum mendapat perlakuan yang adil dari pemerintah," tegasnya.

Dia menambahkan, Menag hendaknya lebih berfokus dalam membenahi jajarannya secara internal. "Benahi dulu di internal Kemenag, kan masih banyak hal yang harus jadi fokus Menag untuk pembenahan internal," katanya.

Seperti diketahui, Menteri Agama Fachrul Razi menyindir masalah busana di instansi pemerintah, dan berencana melakukan larangan bercadar atau niqab masuk ke instansi milik pemerintah. Fachrul juga menyinggung penggunaan celana cingkrang di kalangan aparatur sipil negara (ASN).

Hal itu ia sampaikan saat memaparkan visi kerja dalam Rapat Koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) pada Kamis lalu. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler