jpnn.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2023 mencapai 5,17 persen year on year (yoy) merupakan yang tertinggi ke-3 di antara negara-negara anggota G20.
Di antara negara anggota G20, pada kuartal II-2023 Tiongkok meraih angka pertumbuhan PDB paling tinggi, yakni 6,3 persen (yoy). Posisi kedua ditempati India dengan pertumbuhan PDB 6,1 persen (yoy).
BACA JUGA: Menteri Bahlil Sebut Kepemimpinan Syamsuar Angkat Investasi dan Ekonomi Riau
Capaian nasional ini lebih tinggi dibandingkan mayoritas negara dan kawasan, termasuk Vietnam, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Korea Selatan yang tumbuh masing-masing sebesar 4,1 persen; 0,6 persen; 2,6 persen; dan 0,9 persen (yoy) pada periode yang sama.
Pakar Ekonomi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hendra Kholid mengapresiasi kinerja cemerlang Menteri Bahlil dalam menggenjot target realisasi investasi sehingga mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
BACA JUGA: Ekonom Apresiasi Menteri Bahlil Berhasil Wujudkan Investasi Rp 142 T di Indonesia
Menurut Hendra, pertumbuhan ekonomi tanah air pada kuartal II 2023 tidak lepas dari kontribusi dari realisasi investasi pada semester I 2023 yang mencapai Rp 678,7 triliun.
“Setuju dan ikut bangga dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17 persen pada kuartal II 2023 yang bersumber dari kenaikan konsumsi dan investasi,” ujar Hendra, Sabtu, (12/8/2023).
BACA JUGA: Pakar Akui Kehebatan Bahlil di Tengah Situasi Sulit Mampu Bangkitkan Investasi
Hendra mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi ke depan akan tetap melaju positif. Pasalnya, selain daripada peran investasi yang masuk, ekonomi dalam negeri juga ditopang oleh konsumsi nasional yang cukup besar.
Indikator yang menjadi pemicu tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia, kata Hendra antara lain, didorong oleh tingginya konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,23 persen.
“Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak yaitu 278,69 juta jiwa pada pertengahan 2023 menurut BPS. Hal itu akan berkorelasi terhadap tingkat konsumsi,” ujar Hendra.
Lebih lanjut, Hendra menuturkan belum lagi dalam waktu dekat Indonesia akan menghadapi bonus demografi yang bertepatan pada tahun 2030 hingga 2040 mendatang. Hal itu seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat.
Dari data BPS disebutkan, ekspor mulai mengalami kontraksi 2,75 persen, sementara impor juga terkontraksi 3,08 persen, di tengah perlambatan perdagangan dunia.
Namun demikian, ekspor produk unggulan nasional masih tumbuh positif. Secara volume, pertumbuhan ekspor batu bara, olahan kelapa sawit, dan besi baja masing-masing tumbuh 5,1 persen; 56,4 persen; dan 18,0 persen (yoy) pada triwulan II.
Sektor manufaktur tumbuh sebesar 4,88 persen (yoy) pada triwulan II-2023 dan sektor perdagangan tumbuh 5,25 persen, sejalan ekspansi sektor manufaktur selama 23 bulan berturut-turut.
Sebagai kontributor utama dari industri manufaktur, industri pengolahan makanan dan minuman tumbuh 4,62 persen pada triwulan II, didorong oleh peningkatan produksi olahan minyak sawit dan konsumsi dalam negeri.
Sementara itu, aktivitas hilirisasi masih terus mendorong tingkat pertumbuhan industri pengolahan logam dasar yang tumbuh 11,49 persen (yoy) di triwulan II.
“Maka secara teori ekonomi jika penduduk banyak, maka konsumsi juga akan tinggi dan investasi juga tinggi dan pertumbuhan ekonomi juga tinggi. Ini tidak dimiliki negara G20 lainnya khususnya Eropa dan Amerika Serikat,” kata Hendra.
Lebih lanjut Hendra berharap ekonomi dapat tumbuh secara merata tidak hanya berpusat di pulau Jawa, melainkan ke seluruh Indonesia.
Resiliensi tren ekspansi perekonomian nasional yang terjaga hingga triwulan II-2023 menjadi modal penting bagi tren pertumbuhan ekonomi ke depan.
Kualitas pertumbuhan ekonomi juga terjaga sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan tingkat pengangguran menjadi 5,45 persen pada Februari 2023 dan persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 9,36 persen.
Dengan demikian, kata Hendra pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dapat menarik minat dari para investor untuk berinvestasi ke tanah air.
“Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan juga bisa berkelanjutan dan merata dengan menjaga stabilitas politik yang baik yang mampu menjaga dan membuka peluang investasi berikutnya,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia khususnya di antara negara G20.
Bahlil juga menyampaikan inflasi Indonesia saat ini sudah di bawah 4 persen, membuat Indonesia mengalahkan Eropa dan Amerika Serikat.
“Ini pertumbuhan ekonomi (Indonesia) salah satu tertinggi di dunia, khususnya negara-negara G20. Inflasi kita di bawah 4 persen. Dibandingkan semua negara Eropa dan AS, semua kalah, Indonesia lebih unggul," kata Bahlil.
Bahlil menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi tersebut berkat dorongan dari konsumsi masyarakat dan juga capaian realisasi investasi yang positif.
"Korea (Selatan) pun kalah. Pertumbuhan ekonomi yang sama besarnya cuma ada pada China, Indonesia, dan India. Lainnya semua di bawah kita. Kenapa itu terjadi? Karena pertumbuhan ekonomi nasional kita ditopang oleh konsumsi nasional dan investasi," ujar Bahlil.
Bahlil memerinci realisasi investasi yang masuk ke Indonesia hingga kuartal II 2023 adalah Rp 349,8 triliun atau tumbuh 15,7 persen dibandingkan kuartal II 2022.
“Investasi kita mencatat di Kuartal II sebesar Rp349,8 triliun,” kata Bahlil.(fri/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari