Gempa berkekuatan M5,6 terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11) siang WIB kemarin.

ABC Indonesia menelusuri seberapa parah dampak gempa tersebut dan bagaimana bila dibandingkan peristiwa gempa bumi lainnya di Indonesia.

BACA JUGA: HT Minta Kader Perindo Segera Bantu Korban Gempa Cianjur

Seberapa parah gempa di Cianjur?

Hingga Selasa pagi (22/11), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 103 korban meninggal dunia akibat gempa tersebut.

Tapi menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan korban gempa mencapai 162 orang, mengikuti data 'call centre' BPBD Cianjur.

BACA JUGA: Gempa Cianjur, Puan: Penanganan Korban Harus jadi Prioritas

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari melaporkan kerusakan lebih dari tiga ribu unit rumah di Kabupaten Cianjur.

"Gempa juga menyebabkan longsor yang menutup jalan lintas provinsi di Kabupaten Cianjur," bunyi pernyataannya.

BACA JUGA: Pemprov DKI Kirim Bantuan dan Tim untuk Penanganan Gempa Cianjur

Profesor Meghan Miller dari Australian National University mengatakan lokasi gempa di Jawa Barat ini turut mempengaruhi keparahan dampaknya.

"Kedalamannya cukup dangkal ... awalnya adalah sekitar 10 kilometer, tapi ini mungkin akan direvisi dari waktu ke waktu dengan adanya data baru yang masuk," ujar Profesor Meghan.

"Jawa Barat adalah wilayah yang sangat padat dan karena lokasi hiposentrumnya dangkal, getarannya menjadi kuat."Jenis gempa apakah ini?

Profesor Meghan mengatakan gempa di Cianjur ini merupakan gempa "strike-slip" atau patahan geser, berbeda dengan gempa bumi berdorongan besar yang terjadi di Aceh.

"Gempa ini terjadi di sesar atau patahan pulau Jawa sendiri," katanya.

"Ini adalah ketika dua sesar bertabrakan satu sama lain dan menciptakan seperti Sesar San Andreas ... atau Sesar Alpine di Selandia Baru."Bagaimana dibandingkan gempa lainnya di Indonesia?

Penelusuran ABC Indonesia menemukan gempa Aceh pada tahun 2004 adalah yang terparah di Indonesia di abad 20.

Gempa yang terjadi pada 26 Desember 2004 tersebut berkekuatan M9,3 dan menewaskan lebih dari 200.000 korban jiwa.

Gelombang tsunami setinggi 30 meter juga terjadi dengan kecepatan 100 meter per detik.

Menurut Profesor Meghan, gempa yang terjadi di Cianjur ini "lebih kecil dibanding gempa besar di Sumatra pada tahun 2004."

"Ini karena gempa bumi yang sangat besar umumnya terjadi di palung, yang turut mempengaruhi lempeng Australia di bawah Indonesia," katanya.

"Dan hal tersebut dapat menimbulkan gempa berukuran sangat besar karena patahannya juga sangat besar."

Menurutnya gempa Cianjur terjadi di bawah pulau Jawa.

"Dan karena [episentrumnya] sangat dekat dengan tempat tinggal warga, maka terjadi banyak kerusakan," katanya.Akankah akan ada gempa susulan?

Dalam rilisnya, BNPB mengimbau warga untuk mengungsi bila merasa rumahnya belum aman dari bahaya gempa bumi.

"Warga diimbau untuk tetap waspada akan adanya potensi gempa susulan," demikian keterangannya Senin kemarin (21/11).

Sementara itu, hingga hari ini (22/11), BMKG telah mencatat adanya 118 gempa susulan sejak peristiwa gempa tersebut.

Profesor Meghan mengatakan hal ini memang lumrah terjadi.

"Kita tidak bisa memprediksi gempa bumi tapi sudah pasti akan ada gempa susulan," katanya.

"Dan saya tahu beberapa memang sudah terjadi."

Tim gabungan BMPB sedang melakukan penanganan bencana pasca gempa dan menargetkan pencarian dan evakuasi untuk rampung dalam 14 hari.

Diproduksi oleh Natasya Salim dari berbagai sumber

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Syarief Hasan Sebut Warga di Cianjur Masih Butuh Bantuan

Berita Terkait