jpnn.com - JAKARTA - Tewasnya gembong teroris pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah Asy Syarqi alias Kombes alias Pakde, merupakan hadiah dari TNI untuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Santoso tewas dalam operasi Satgas Tinombala, dan dikabarkan tewas oleh peluru yang ditembakkan anggota TNI dalam drama kontak senjata. "Dari kasus Santoso terlihat adanya soliditas antara TNI dan Polri dalam melakukan kerja sama di Operasi Tinombala," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane, Rabu (20/7).
BACA JUGA: Polisi Boyong Istri Pertama dan Putri Santoso demi Identifikasi
Ia mengatakan, kerjasama TNI-Polri melumpuhkan Santoso di Sulawesi Tengah patut diapresiasi. Meskipun, penumpasan kelompok teroris yang hanya 30 orang ini cukup lama, yakni delapan bulan dengan melibatkan 3.000 personel.
Dengan tewasnya Santoso, Polri tetap perlu bekerja keras mengantisipasi perlawanan para teroris. Sebab saat ini ada dua tokoh yang berbahaya, yakni Ali Kolara yang berpotensi menggantikan posisi Santoso di Poso dan Arief Maroef tokoh yang menyembunyikan Noordin M Top, yang sekarang sudah bebas dan berada di Jogja. "Keduanya perlu diwaspadai Polri," kata Neta.
BACA JUGA: Tiga Hari Berturut-Turut Saipul Jamil Digarap KPK
Tewasnya Santoso bukan berarti aksi terorisme di Indonesia akan berakhir. Yang dikhawatirkan justru adanya serangan balasan dari antek-antek dan jaringan Santoso. Di Poso sendiri Santoso sudah membangun kader. Salah satunya ialah Ali Kolara.
Kelompok Santoso sendiri merupakan satu dari sembilan kelompok radikal yang masih tumbuh subur di Indonesia, yang sangat berpotensi melahirkan para teroris. "Kapolri baru Tito Karnavian maupun Kepala BNPT yang baru Komjen Suhardi Alius masih harus melakukan kerja keras untuk menekan aksi-aksi terorisme di Indonesia," tuntasnya. (boy/jpnn)
BACA JUGA: Nurhayati Minta Pokemon Go Jangan Dibesar-besarkan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Suhardi Alius di Mata Ketua DPR
Redaktur : Tim Redaksi