Palu Sidang Rapat PAN jadi Sorotan

Minggu, 22 Desember 2019 – 09:42 WIB
Bendera Partai Amanat Nasional (PAN).

jpnn.com, JAKARTA - Rapat internal Partai Amanat Nasional di kantor DPP PAN Jalan Daksa I No. 10, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (20/12) malam, konon diwarnai keributan dan berakhir ricuh.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan bahkan disebut balik kanan atau meninggalkan ruang rapat sambil membawa palu sidang.

BACA JUGA: Ada Rebutan Mikforon di Rakernas PAN

Jumat (20/12) malam, DPP PAN menggelar rapat pengurus harian yang awalnya tidak diketahui pihak luar, kecuali pengurus partai berlambang matahari itu.

Namun, rapat internal PAN itu mulai diketahui publik setelah muncul foto di media sosial yang memperlihatkan sebuah meja dan di atasnya terdapat sebuah bantalan palu, air mineral, tumpukan kacang kulit, serta kotak snack berwarna kuning.

BACA JUGA: Incar Posisi Ketum PAN, Bima Arya Bakal Minta Saran Hatta Rajasa

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Kantor Berita Politik RMOL dari internal PAN, pada malam itu memang benar dilaksanakan rapat pengurus harian, guna menyiapkan pelaksanaan Kongres V PAN yang bakal digelar awal tahun depan.

Rapat tersebut tidak berjalan dengan sebagaimana yang diharapkan puluhan pengurus. Karena, bahasan yang diambil keputusannya pada malam itu tidak meminta kesepakatan dan bukan hasil musyawarah, atau bahkan voting. Apa yang terjadi?

BACA JUGA: PAN Mau Berkongres Lagi, Zulkifli Beber Nama Calon Pesaingnya

Politikus PAN yang pernah menjadi anggota Komisi III DPR RI, Muslim Ayub, menceritakan kronologi dari kejadian di rapat tersebut.

Malam itu, kata Muslim Ayub, sekitar pukul 20.15 WIB sejumlah orang mulai berdiri dan saling dorong satu sama lain. Pasalnya, secara tiba-tiba Zulkifli Hasan langsung meminta Eddy Soeparno menjadi Steering Committee (SC) dan Eko Patrio sebagai Organizing Committee (OC) Kongres V PAN.

Dalam video yang diberikan Muslim kepada Kantor Berita Politik RMOL tampak Zulkifli Hasan alias Zulhas tak memedulikan keadaan sekitarnya yang sedang ricuh. "Rapat saya tutup," ujarnya dengan langsung mengetok palu berwarna cokelat yang digenggamnya ke atas bantalan palu.

Seseorang yang mengenakan kemeja lengan panjang warna biru bercorak loreng, tampak berusaha mengambil palu yang dipegang Zulhas. Akan tetapi usahanya pupus, setelah Zulhas melarikan diri dari ruang rapat.

"Setalah si A dan si B menjadi Ketua SC dan OC, dia (Zulhas) langsung lari bawa palu itu," ujar Muslim lewat sambungan telpon, Sabtu (21/12).

Awalnya, diceritakan Muslim, rapat berlangsung tertib dan kondusif. Di mana hal pertama yang dibahas ialah menentukan tempat, tanggal pelaksanaan Kongres V PAN, serta struktur kepanitiaan.

Zulhas yang saat itu memimpin rapat bersama dengan kehadira pendiri sekaligus Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, masih meminta persetujuan tempat pelaksanaan acara kongres. Alhasil, tiga tempat disetujui untuk dihapus.

"Kemudian disepakati lah, enggak boleh di daerah kandidat. Termasuk Lampung itu kan daerah Zul, enggak boleh. Sumatra Utara itu kampungnya Mulfachri, enggak boleh. Terus Yogya enggak boleh kata Pak Zul, karena ada Hanafi," papar Muslim.

Setelah itu, dimulailah awal ketegangan antarpengurus. Sebab, Hanafi merasa tersindir namanya disebut. "Hanafi tunjuk tangan, saya enggak ikut nyalon," digambarkan Muslim Ayub dalam penjelasannya.

Melihat hal itu, Amien Rais dengan kewibawaannya langsung memotong pembicaraan dan memutuskan, "Oke kalau Yogya dia enggak mau enggak usah, kan udah itu," sebut Muslim.

Karena tidak mendapat keputusan mengenai tempat pelaksanaan acara yang pasti, tiba-tiba Zulhas langsung menyatakan membentuk Tim 7 untuk mengurusi teknis pelaksanaan kongres.

"Untuk menentukan tempat, dibentuk tim yang hanya tiga nama disebutkan. Pertama Saleh Daulay, kedua Viva Yoga, ketiga Eddy Soeparno, yang empat orang lagi enggak dibilangnya, langsung tok tok tok terus dan lain-lain," ungkap Muslim.

Barulah setelah itu puncak kericuhan terjadi, saat Zulhas kembali menyebutkan nama Eddy Soeparno untuk menjadi Ketua SC, dan Eko Patrio sebagai Ketua OC.

"Waktu 9-15 menit rapat, siapa pun enggak bisa ngomong. Kami enggak bisa interupsi, dia kuasai palunya, dia bawa lari ke rumahnya. Dan saya tidak tahu apa makna palu itu dia bawa. Harusnya kan rapat itu minimal satu jam untuk menentukan sikap," ucap Muslim.

"Suasana masih berlangsung ricuh (saat Zulhas meninggalkan ruang rapat). Beberapa pihak saling dorong," pungkas Muslim. (rmol)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler