jpnn.com, JAKARTA - Seniman kenamaan Indonesia, Yos Suprapto, yang dikenal lewat karya-karya sarat kritik sosial, lingkungan, dan politik, kembali menggelar pameran tunggal bertajuk Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan 2024.
Pameran yang digelar di Galeri Nasional itu menyoroti krisis hilangnya budaya agraris mandiri di Indonesia akibat ketergantungan terhadap pupuk sintetis dan sistem revolusi hijau.
BACA JUGA: BTN Tawarkan Sejumlah Promo Menarik di Pameran Properti Expo 2024
“Kita kehilangan mata rantai budaya agraris yang pernah menjadi kekuatan bangsa,” ungkap Yos dalam konferensi pers di Galeri Nasional, Selasa (17/12).
Dalam karya-karyanya kali ini, Yos memadukan realisme sosial ala Diego Rivera dan Taring Padi dengan sentuhan simbolisme surealis khas perupa Yogyakarta era 1980-an.
BACA JUGA: Jamkrindo Kanwil Denpasar Menjamin 243.109 UMKM Senilai Rp 17,3 Triliun
Sapuan warna provokatif hitam, merah, biru, hijau, hingga jingga ditata dalam ketegangan visual yang kuat, menyiratkan narasi kritis yang mendalam.
Tema-tema seperti politik, sosial, budaya, ekologi, dan kemanusiaan menjadi komponen utama yang hadir dalam setiap lukisan.
BACA JUGA: Pelukis Ong Cheng Shui Gelar Pameran Di Sini, Cek Tanggalnya
Menurut Yos, pameran itu merupakan puncak dari penelitian selama lebih dari satu dekade mengenai tanah produktif di seluruh Indonesia, baik lahan basah maupun kering.
"Hasilnya adalah refleksi visual tentang budaya pertanian mandiri yang nyaris lenyap," ungkapnya.
Direktur Galeri Nasional Jarot Mahendra menyebutkan bahwa karya Yos kali ini menjadi stimulus bagi kesadaran baru akan pentingnya kemandirian agraris.
“Pameran ini diharapkan menjadi langkah awal kebangkitan budaya agraris sebagai fondasi kedaulatan pangan di masa depan,” ujar Jarot.
Lewat rangkaian lukisan berjudul Kebangkitan, Yos Suprapto mengajak publik untuk merenung, bahwa sudah waktunya berhenti 'membunuh tanah' dan kembali ke akar budaya agraris yang berkelanjutan.
Narasi visual yang dihadirkan bukan hanya sekadar karya seni, melainkan juga seruan perubahan sebuah harapan akan kebangkitan tanah dan kedaulatan pangan Indonesia.
Pameran tersebut menjadi bukti bahwa seni dapat menjadi medium ampuh untuk membangun kesadaran kolektif, menyuarakan masalah, sekaligus menawarkan solusi demi masa depan yang lebih baik. (esy/jpnn)
Redaktur : Dedi Yondra
Reporter : Mesyia Muhammad