jpnn.com, JAKARTA - Pandemi covid-19 menjadi tantangan bagi para bankir untuk memutar otak dan mengatur strategi melaju di tengah krisis, namun di sisi lain tetap mempertahankan kualitas asetnya untuk tetap baik.
Dihadapkan dengan tantangan tersebut, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan sejumlah faktor yang membuat kinerja perseroan yang dipimpinnya pada kuartal III/2020 bisa membukukan pertumbuhan laba sebesar 39,72% dibandingkan periode yang sama di tengah pandemi.
BACA JUGA: TOP! BTN Raih Best Bank Capital Bond
“Salah satu faktor yang membuat pertumbuhan bisnis BTN tetap baik adalah karena sektor perumahan yang menjadi core business Bank BTN, merupakan sektor yang bangkitnya cukup baik, terutama karena perumahan merupakan kebutuhan dasar karena di Indonesia, rasio sektor perumahan dari PDB nasional hanya sebesar 3% sehingga masih menjadi kebutuhan dasar masyarakat,” kata Pahala dalam acara webinar bertajuk How Banking Leaders Manage Strategy to Rebound From Crisis.
Menurut Pahala sektor perumahan masih mampu menjadi penggerak perekonomian nasional di tengah efek pandemi COVID-19.
BACA JUGA: Soal Rencana Pernikahan Ayu Ting Ting dan Aditya Jayusman, Pihak WO Bilang Begini
Di samping itu, Bank BTN sebagai penyedia jasa keuangan merupakan sektor yang tergolong moderat kemungkinan pemulihannya sehingga memerlukan waktu antara 1 hingga 2 tahun.
“Bank BTN cukup beruntung, karena kita fokus pada perumahan. Memang ada fase dimana terjadi penurunan penyaluran kredit pada bulan April namun sudah mengalami recovery signifikan pada beberapa bulan terakhir,” kata Pahala.
BACA JUGA: Lewat Travelio, Unit Grand Central Bogor Kini Bisa Disewakan Harian Hingga Tahunan
Pahala tidak menampik bahwa pada masa pandemi Covid-19, perbankan dihadapkan sejumlah risiko yang disebabkan penurunan pendapatan masyarakat (debitur) di antaranya risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas.
Risiko kredit menjadi yang pertama karena sektor riil dan sektor UMKM mengalami penurunan sehingga berdampak pada kemampuan bayar debitur terhadap perbankan.
Risiko lainnya adalah sektor pasar dan risiko likuiditas ternyata menurut Pahala tidak terlalu signifikan.
Risiko tersebut dihadapi Bank BTN dengan melakukan beragam pembenahan dan perbaikan dalam beberapa hal untuk memperkuat bisnisnya.
Sebagai sektor yang tidak terlalu terkena dampak pandemi, Pahala menilai menjadi momentum yang tepat untuk melakukan perbaikan mulai dari kebijakan, business process dan layanan kepada nasabah.
“Bank BTN beruntung karena 75 persen bisnisnya di segmen KPR, sekarang tinggal bagaimana kami memperbaiki business process, krisis ini menjadi momentum yang tepat untuk kami memperbaiki policy, termasuk policy risk, dan kepuasan nasabah kami tingkatkan sambil upgrading infrastructure digitalisasi yang kami tawarkan, tidak hanya produk DPK tapi juga KPR,” tandas Pahala.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy