Pandemi Covid-19, Petani Mengeluhkan Tomat Membusuk, Terong Hanya jadi Makanan Sapi

Selasa, 25 Agustus 2020 – 19:28 WIB
Petani tomat. Foto : Pojokpitu

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengungkapkan jutaan petani terdampak pandemi COVID-19.

Walaupun dari 35 juta petani, 2,76 juta di antaranya mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah sebesar Rp 600 ribu per bulan, tetapi masih belum bisa mengangkat kesejahteraan mereka.

BACA JUGA: Ganjar: Terima Kasih Kawan-Kawan Petani

Pasalnya, di masa pandemi COVID-19 banyak petani merugi karena hasil panennya tidak terserap pasar. "Terong cuma jadi makanan sapi, tomat hanya membusuk," kata Winarno dalam diskusi daring dengan tema Memperkuat Pertanian Kala Pandemi besutan Alinea Forum, Selasa (25/8).

Dia menyebutkan, pada umumnya petani memerlukan sarana produksi seperti air, benin berkualitas, pupuk yang mencukupi sampai panen, permodalan terutama bunga rendah. Kemudian pasar yang stabil sehingga harga tidak jatuh saat panen raya.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Banser vs HTI, Jadi Kapan Rizieq Pulang? Jokowi Masih Dikaitkan dengan PKI

"Petani tidak butuh pasar mewah. Yang dibutuhkan petani yang penting ada tempatnya untuk jualan dan orang-orang berkumpul," ujarnya.

BACA JUGA: Pegawai Terkena Covid, Kementan Tetap Fokus Dukung Petani di Tengah Pandemi

Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir. Foto: tangkapan layar

Dia juga menyentil tentang rasa nasionalisme terhadap petani harus ditumbuhkan seluruh masyarakat. Ketika melihat produk pertanian lokal, pilihlah itu meski dari tampilannya kurang menarik dibanding impor.

"Kalau lihat ada jeruk yang warnanya hijau di kiri, orange di kanan, pilihlah yang hijau karena itu produk petani lokal. Kalau lihat beras ada warnanya butek dan ada putih bersih, jangan pilih yang putih bersih karena pasti itu impor," tuturnya.

Begitu juga ketika memilih gula, pilihlah warna kekuningan jangan yang putih mengkilap. Karena yang butek dan kekuningan itu produk petani lokal.

Meski penampilan kurang menarik, menurut Winarno, rasanya lebih enak karena produk petani lokal tidak dipoles macam-macam. Berbeda dengan produk impor yang sudah dipoles dengan alat canggih.

Winarno juga meminta pemerintah melindungi petani dengan cara menginformasikan bila mau ada impor. Misalnya impor jeruk, pemerintah harus menginformasikan kepada petani. Informasi ini penting agar petani tidak menghabiskan waktu dan anggaran untuk memelihara jeruknya sampai besar.

"Kami butuh informasi bila pemerintah mau impor produk apa. Karena kalau produk petani lokal dihadapan dengan produk impor, pasti akan kalah karena konsumen membeli barang dilihat dari tampilannya. Produk impor lebih bagus penampilannya meski rasanya tidak enak seperti produk petani lokal," pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler