Pangkas Layanan, Cara Startup Bertahan saat Krisis  

Jumat, 19 Juni 2020 – 15:32 WIB
Ilustrasi bisnis startup. Foto: Tech Asia

jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 memaksa mayoritas perusahaan rintisan (startup) global, termasuk di Indonesia kembali ke bisnis inti (refocusing).

Lini bisnis yang semula bagian dari inovasi dalam fase pengembangan, harus tereliminasi agar perusahaan bisa bertahan.

BACA JUGA: Agar Bisa Tetap Bertahan Saat Pandemi, ini yang Harus Dilakukan Startup

”Semua perusahaan pasti akan lebih fokus dan memutar kembali ke bisnis utama (core business)nya. Lini bisnis non-core akan dikurangi dan bahkan dihilangkan,” ungkap Pakar Ekonomi Digital dan Executive Chairman Digital Banking Institute, Bari Arijono, di Jakarta, Jumat (19/6).

Beruntung bagi startup yang bisnis intinya tidak terdampak signifikan oleh pandemi Covid-19 hingga saat ini. Sebaliknya, perjuangan berat harus dihadapi oleh startup yang bisnis intinya sangat terdampak.

BACA JUGA: Perusahaan Startup Ini Tidak Kuat Lagi Menghadapi Corona, Kasihan Karyawannya

Misalnya di bidang pariwisata dan perhotelan, seperti Traveloka yang terpaksa mengurangi sekitar 10 persen karyawannya.

“Mereka butuh recovery lama, bahkan perkiraan saya sampai akhir tahun mereka masih rasionalisasi,” ujar Bari.

BACA JUGA: Startup Bertambah, Bukti Kementan Serius Percepat Regenerasi Petani

Meski begitu, kata Bari, Traveloka dan kawan-kawan akan tetap melakukan refocusing. Bertahan di bisnis inti dan mengurangi beban pada bisnis lain yang termasuk dalam kategori non-inti.

”Pengurangan karyawan tak bisa dihindari dan akan efisiensi di sisi operasional. Misalnya punya kantor di Bali, Bandung, atau tempat lain akan tidak lakukan,” terusnya.

Bukan hanya startup, efisiensi dan segala bentuk rasionalisasi juga dilakukan perusahaan yang sudah eksis sejak lama. Tidak terkecuali korporasi berskala besar.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, kondisi pemutusan karyawan ini wajar terjadi disaat seperti ini.

”Di tengah perekonomian lambat, perusahaan pasti mengalami kerugian. Cara mengurangi kerugian pasti lewat pengurangan karyawan. Misalnya pabrik tak beroperasi dan tutup masa tidak potong karyawan?” jelasnya.

Piter menambahkan, merumahkan pegawai adalah pilihan rasional dari pelaku usaha. ”Memang ada opsi lain untuk mencegah PHK. Misalnya pemerintah Jerman subsidi gaji pegawai. Sebelum ada alarm pengangguran, sebagian gaji karyawan swasta mereka ditanggung oleh pemerintah,” terangnya.(mg7/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler