jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia menerapkan strategi diplomasi lunak terkait konflik di perairan Natuna dengan kapal-kapal Penjaga Pantai Tiongkok.
Panglima Komando Armada I TNI AL, Laksamana Muda TNI Muhammad Ali menjelaskan alasan mengapa strategi diplomasi lunak yang diterapkan.
BACA JUGA: Dubes Tiongkok Ungkap Penyebab Nelayannya Masuk Perairan Natuna
Muhammad Ali mengatakan, permasalahan di Natuna bukan hanya persoalan kedaulatan Indonesia yang dilanggar. Namun juga ada konflik lebih besar melibatkan dua negara raksasa, Amerika Serikat dan Tiongkok
"Kita diseret-seret ke konflik itu, tapi kita berusaha menahan diri. Nah ini kenapa kemarin kita tidak keras tapi melakukan penindakan yang lunak saja," kata Ali dalam diskusi Konflik Natuna dan Pasang Surut Hubungan Indonesia dan RRC, di Jakarta, Jumat (24/1).
BACA JUGA: Pernyataan Tegas Pak Mahfud MD soal Natuna di Depan Dubes China
Ali menambahkan, diplomasi lunak sengaja diterapkan karena Indonesia tidak mau terseret konflik yang lebih besar dengan dua negara raksasa dunia itu.
"Ini konfliknya antara AS dengan China atau hanya Indonesia dengan China? Kita tidak mau ke arah (yang lebih besar) di sana. Kita tetap menahan diri. Kita banyak diskusi mungkin manuver-manuver saja. Kemudian kita tekankan kepada mereka bahwa Anda melanggar UNCLOS pasal sekian, sekian," kata Ali.
BACA JUGA: Masalah Honorer, Gubernur: Mereka Sudah Lama Kerja, Terus Mau Kita Bunuh?
Hal itu berkebalikan menurut dia, dengan peristiwa yang sama pada 2016, dimana saat itu kapal perang TNI AL menembak kapal nelayan dari Tiongkok.
"Kemarin tidak ada satupun peluru yang keluar. Waktu 2016, kami sempat menembak ke kapal ikan China. Tapi sekarang ini kami tahan," ujar Ali.
Kendati di Natuna, TNI telah mempersiapkan pangkalan gabungan untuk Satuan TNI Terpadu. "Satuan TNI Terpadu ini ada tiga angkatan di sana. Dan nanti akan dibentuk komandannya seorang bintang 1 di sana," kata Ali.
Hal itu agar mengintegrasikan semua fasilitas pertahanan untuk memantau wilayah di Natuna. Ada lapangan terbang terintegrasi, dermaga juga terintegrasi, radar, Pusat komando pengendalian (Puskodal) terintegrasi, bahkan ada rumah sakit TNI terintegrasi.
"Di sinilah nanti kami bergabung. Kami nanti juga ingin mengajak angkatan lain seperti Badan Keamanan Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan mungkin polisi perairan, bahkan Bea Cukai nanti kami akan libatkan terkait pengawasan situasi di sana," ujar Ali. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo