Para Anggota Paskibraka Jateng Curhat Hal ini Pada Pak Ganjar

Sabtu, 14 Agustus 2021 – 19:25 WIB
Gubernur Ganjar Pranowo bersama para Paskibraka. Foto: IG @ganjarpranowo

jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengukuhkan anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) Provinsi Jateng di Gradhika Bhakti Praja, Jumat (13/8) malam.

Ganjar mengatakan proses seleksi Paskibraka Jateng tahun ini agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Gugatan AHY Ditolak Hakim, Ratusan Ribu Orang akan Gelar Demo, Jokowi Beri Bonus

Sebab, dalam proses seleksi pihaknya menggandeng Badan Pembinaan Idiologi Pancasila (BPIP) untuk menguatkan idologi para anggotanya.

"Saat ini bangsa kita berada pada situasi yang tidak mudah. Yang dibutuhkan adalah persatuan agar tidak terpecah belah. 2045 nanti, saya yakin kalian adalah para pemimpin bangsa. Kalian harus mempersiapkan diri, karena tantangan ke depan luar biasa, baik tantangan idiologi, pornografi dan narkotika," ujar Ganjar.

BACA JUGA: Pemprov Jateng Terima Bantuan Masker, Pak Ganjar: Orang Baik Datang Kembali

Saat pengukuhan usai, Ganjar Pranowo menyempatkan ngobrol dengan sejumlah anggota Paskibraka dan menanyakan suka duka mereka.

Tak terduga, sang pelatih justru menyampaikan fakta mengejutkan kepada Ganjar. Ternyata, ada salah satu anak yang tidak bisa mencuci baju dan sempat kebingungan saat awal karantina.

BACA JUGA: Baliho Politikus Bertebaran, Ganjar: Kayaknya Ora Pantes Ngomong Kuwi

"Ada yang susah pak, nyuci baju saja tidak bisa," kata pelatih.

Ganjar pun tertarik mendengar kisah itu. Lalu, dia menanyakan siapa di antara anggota Paskibraka yang tidak bisa cuci baju. Di barisan belakang, salah satu anggota angkat tangan. Ia adalah Bisma Aryaguna, wakil dari Kabupaten Sragen,

"Ada tho, ayo sini kamu, wah ini ada anak mama jadi anggota Paskibraka," canda Ganjar.

Kepada Ganjar, Bisma menceritakan awal masuk karantina Paskibraka Jateng. Dia menyebut semua anggota harus disiplin dan mandiri, termasuk harus mencuci baju sendiri.

"Siap, saya tidak bisa cuci baju pak. Tidak pernah diajarkan. Sejak kecil sampai sekarang semuanya sudah ada yang mengurusi. Kalau di rumah tidak pernah cuci baju, tinggal masukkan ke mesin cuci. " jawab pelajar SMAN 3 Sragen ini.

Namun, karena di tempat karantina tidak ada mesin cuci, Bisma mengaku kalang kabut. Beruntung, teman sekamarnya mau mengajarkan padanya cara mencuci baju secara manual.

"Saya diajari teman saya, sekarang sudah bisa pak. Sekarang saya sudah biasa mandiri, bisa cuci baju sendiri," jawabnya.

"Hebat. Bisma punya adik tidak? Besok waktu pulang adiknya diajarin cara cuci baju ya," ucap Ganjar dijawab siap oleh Bisma dengan tegas.

Selain kisah Bisma, ada juga kisah Aulia Kartika Putri dari Boyolali. Aulia mengatakan pernah dihukum memakai kalung tulang ayam karena tidak disiplin membersihkan kamar.

"Rasanya malu pak, soalnya memperlihatkan keburukan saya di depan orang lain. Dari situ saya belajar bagaimana harus lebih disiplin lagi menjaga kebersihan dan lebih pintar memanajemen waktu dengan baik. Intinya siap menjadi pribadi yang lebih baik lagi," ucap Aulia.

Ganjar pun berpesan bahwa menjadi anggota Paskibraka bukan hanya soal mengibarkan bendera. Namun, juga menjadi ajang untuk melatih kedisiplinan, kemandirian, serta nilai-nilai kebangsaan.

"Adik-adik semuanya ini adalah anak-anak hebat dan terpilih. Kalian telah melalui seleksi yang panjang dan tidak mudah. Saya ingatkan, ini bukan hanya untuk jadi petugas pengibar bendera, tapi ada nilai-nilai yang adik-adik dapat dalam proses ini," pungkasnya. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler