jpnn.com - KEPADA para atlet Asian Games Indonesia, Bung Karno berpesan, “budi pekerti daripada games itu. Tidak jegal-jegalan, tidak main curang, tidak--ini contoh, contoh—nyodok! Tapi betul-betul the spirit of the games secara ksatria. Adu prestasi dengan budi pekerti yang tinggi.”
Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Asian Games 2018: Tim Sepatu Roda Minta Dukungan Suporter
Ini bukan kisah tentang Asian Games 1962 di Jakarta, tempo hari. Ini cerita terjadi pada 18 November 1966, sebagaimana tersua dalam catatan negara yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Hari itu, para atlet Indonesia berkumpul di Istana Presiden, Jakarta.
BACA JUGA: Porserosi Kejar Asa Raih 1 Emas Asian Games 2018
Mereka adalah tim Ganefo yang rencananya akan berlaga di Pnompenh dan tim Asian Games yang hendak berangkat ke Bangkok.
Secara politik, posisi Soekarno saat itu memang mulai melemah. Tapi, menyimak apa yang diserunya kepada para atlet Indonesia, kelihatan dia tak pernah gentar. Tetap optimistis.
BACA JUGA: Presdir Combiphar Dukung Perjuangan Atlet Indonesia
Melalui olahraga, kata Si Bung, “kita, saudara-saudara, hendak mengadakan persahabatan yang erat dengan manusia-manusia lain di seluruh muka bumi ini…dunia baru, sahabat, damai, seluruh dunia, tanpa exploitation de l’homme par l’hommedan exploitation de nation par nation.”
“Engkau di Phnompenh,” himbau Soekarno seraya menunjuk rombongan tim Ganefo Asia.
Lama dia menyapu wajah-wajah para atlet itu, sebelum menoleh kepada tim Asian Games.
“…dan bagian Asian Games di Bangkok, tunjukkan bahwa kamu orang adalah benar-benar kawan. Sahabat daripada seluruh umat di dunia ini yang menghendaki dunia baru…”
Sang proklamator kemudian memberi gambaran. Bahwa di dalam games selalu ada obor.
“Ikuti obor itu. Sehingga semua aliran yang di belakang obor itu laksana hanya melihat itu. Kalau tidak, kacau. Yang satu ngalor, yang satu ngidul. Semuanya harus menuju satu cuaca, satu terang. Itulah hukum tiap-tiap perjuangan di dunia. Perlu mercusuar!”
Sekadar catatan, pada masa itu lawan-lawan politiknya senantiasa mengkritik politik mercusuar ala Soekarno. Pembangunan-pembangunan yang digelorakan Bung Karno dikritik habis-habisan. Pendeknya, apa pun yang dilakukan Bung Karno, bagi mereka tak ada benarnya.
Dia menyadari itu. “Hh…yang sekarang ini perkataan mercusuar, saudara-saudara, ya sudah mulai dicemoohkan orang. He, buat apa mercusuar-mercusuaran!?” tandasnya.
Seolah menangkis serangan lawan-lawannya, Bung Karno berkata…
“Kenyataan, saudara-saudara, hal kemercusuaran ini justru oleh karena Indonesia kadang-kadang dan sering menjadi mercusuar. Maka Indonesia diikuti oleh banyak bangsa-bangsa Asia, oleh banyak bangsa-bangsa Afrika, banyak bangsa-bangsa Latin Amerika.
Dan itu memang kehendakku, permohonanku tiap hari kepada Tuhan, supaya kita itu di dalam perjuangan yang maha besar sekarang ini, kita berdiri di barisan yang muka…
Ho, olahragawan yang benar-benar olahragawan, apalagi olahragawan duta daripada bangsanya, dia harus selalu mendoa, moga-moga kami ini, aku ini berdiri di barisan yang paling depan.”
Menurut Soekarno, itulah dedication of life.
“Dedication. Persembahan hidup kita kepada apa? Aku menghendaki kau punya hidup, engkau dedicatekepada Tuhan, kepada tanah airmu, kepada bangsamu, kepada masyarakatmu…
Kau punya hidup antara lain di lapangan olahraga. Not for your personal interest. Tidak untuk kepentinganmu sendiri…outside ourselves, di luar tubuh kita ini. Itulah baru dedication yang sebenar-benarnya…
Bismillah. Aku beri restu kepadamu, aku beri pangestu kepadamu. Dan di samping itu aku menggantungkan harapan kepadamu.”
Pidato itu terarsipkan dengan baik di kantor Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), di bawah tajuk Amanat Presiden Soekarno di Hadapan Paa Olahragawan Team Ganefo Asia dan Asian Games di Istana Presiden, Jakarta, 18 November 1966.
Betapa pentingnya olahraga, pada pembuka cerita Bung Karno menyampaikan bahwa olahraga membuat manusia Indonesia baru. Tegap-tegap. Sehat-sehat. Fisik sehat, mental, spiritual.
“Bukan sehat badan saja, tapi juga sehat batin dan pikirannya. Sesuai dengan kata orang Romawi dahulu yang kau kenal semuanya, mens sana in korpore sano.” (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Klasemen Asian Games 2018 Hari Pertama: Indonesia Nomor 6
Redaktur & Reporter : Wenri