Parah! Ribut dengan LC, Oknum Polisi Mengamuk di Karaoke, Dor! Dor!

Rabu, 26 Oktober 2016 – 08:01 WIB
Bambang, warga Pontianak Barat terkapar di RS Antonius, karena pelipis matanya memar akibat oknum Polda Kalbar yang mengamuk di tempat hiburan malam Classic Karaoke. Foto diambil Selasa (25/10). Foto: KELUARGA KORBAN FOR RAKYAT KALBAR

jpnn.com - PONTIANAK – Citra Korps Bhayangkara tercoreng ulah oknum polri yang bertugas di Polda Kalbar, Bripka JM.

Dia mabuk, mengamuk, dan menembak meja tamu tempat hiburan malam Classic Karaoke, Kompleks Pasar Mawar, Pontianak Kota. 

BACA JUGA: Istri Muda Dimas Kanjeng Pilih Tutupi Wajah dengan Masker

Peristiwa Sabtu (22/10) sekitar pukul 23.00 itu diduga dipicu pertengkaran JM sehari sebelumnya dengan wanita penghibur (LC/lady companion) di karaoke tersebut. 

Meski tak memakan korban jiwa dalam aksi penembakan mengunakan senjata api jenis revolver ini, JM mencoba menyerang dan melukai pengunjung lainnya dengan pecahan botol minuman keras.

BACA JUGA: Usai Adu Mulut, Dua Pelajar Ini Saling Bacok

Bambang, warga Pontianak Barat, salah seorang pengunjung menjadi korban kebrutalan tersebut. 

Pada pelipis matanya terdapat luka memar akibat dihantam menggunakan ujung pangkal botol minuman keras tersebut.

BACA JUGA: Oknum Polisi Bersama Teman Wanitanya Digerebek Lagi Pesta Sabu

Kini Bambang masih terbaring lemah di ruangan Xaverius lantai empat RS Santo Antonius Pontianak.

Ditemui Selasa (25/10) sore, Bambang tampak ditemani kerabat dan keluarganya. 

Kepada sejumlah wartawan, paman Bambang, Syamsudin Mustar meminta Kapolda Kalbar Irjen Musyafak untuk menindak tegas Bripka JM yang telah membuat keponakannya luka memar. 

“Kami berharap Pak Kapolda memperhatikan hal ini. Kalau dapat anggota yang arogan seperti itu harus dipindahkan. Bila perlu pindahkan ke Poso, di sana cocok untuk dia tembak-tembak. Begitu juga kalau bisa diberikan tindakan terhadap Classic Karaoke, karena di sana saya dengar sering ribut,” pintanya.

Sejauh ini, kata Mustar, pihak keluarga belum menerima itikad baik dari JM. Bahkan, perkembangan dari pengaduan kasus ini pun belum diketahui pihak keluarga. 

“Pihak keluarga belum puas, tidak ada itikad baik dari yang bersangkutan. Padahal, hal ini sudah diadukan ke Propam Polda, apa kelanjutannya, kami tak tahu,” katanya kesal.

Sambil terbata-bata, Bambang menjelaskan, aksi JM malam itu sangat brutal. 

JM disebut Bambang, bak Algojo yang menghancurkan dan memukuli apapun yang berada di sekitarnya.

“Saya bertiga teman di lantai dua, kejadian awal dia mengamuk di lantai bawah. Kami yang tidak tahu apa-apa, menjadi korban aksi malam itu. Saya bilang dia seperti algojo, kaarena semua yang didekatnya dihajar,” terang Bambang.

Usai mendapat pemukulan tanpa sebab tersebut, lanjut dia, bersama temannya saat itu juga langsung membuat pengaduan di Propam Polda Kalbar. 

Ia belum merasakan sakit pada bagian wajah yang mendapat pukulan tersebut. 

“Setelah buat pengaduan, saya pulang untuk istirahat. Besok paginya pas bangun, pelipis saya rupanya memar dan saya langsung dibawa keluarga ke RS Antonius. Sampai saat ini, saya masih merasa keberatan karena oknum itu tidak ada itikad baiknya,” kesal Bambang.

Di ruang Xaverius kemarin, juga terdapat Yanto, salah satu rekan Bambang yang pada malam itu berada di lokasi kejadian. 

Ia menjelaskan, berdasarkan informasi yang dikumpulkannya, sehari sebelum penembakan itu, JM telah cek-cok dengan LC Classic Karaoke tersebut.

“Jumat malam, dia kelahi dan menampar perempuan di sana. Sabtu malamnya, dia balik lagi ke Classic. Pas kebetulan kami juga di sana, di lantai dua. Perempuan itu tidak mau ke dia (menemani, red). Tahu-tahunya, dia langsung mengamuk dalam keadaan mabuk, dan nembak meja. Kita tidak tahu maksudnya,” jelas Yanto.

Aksi penembakan datar ke arah meja itu, kata Yanto, hanya sekali. Aksinya berhasil dihentikan sekuriti Classsic Karaoke dengan mengamankan pistolnya. 

Namun, JM semakin mengamuk dan berteriak-teriak. 

“Dia yang awalnya di lantai bawah langsung ke atas ambil botol, lalu dipecahkan. Terus dia mau nusuk saya. Untuk membela diri, saya dorong dia dan akhirnya pelipis Bambang yang terkena ujung pangkal botol tersebut,” jelasnya sambil menunjukkan foto-foto bekas tembakan dan peluru-peluru yang tergeletak di lantai.

Terpisah, Kabid Humas Polda Kalbar, Kombes Pol Suhadi SW menyesalkan hal tersebut. 

“Terkait masalah adanya oknum anggota Polri yang melakukan tindakan arogan, kami menyesalkan tindakan tersebut. Dan, kami memohon maaf kepada warga masyarakat dan warga yang merasa dirugikan akibat peristiwa itu yang telah melaporkan Bid Propam Polda Kalbar,” kata Suhadi kepada Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group).

Menurut dia, pengalaman pahit ini mudah-mudahan tidak terulang kembali. 

Tentunya, oknum yang melakukan kekeliruan tersebut harus menyadari atas kesalahannya dan mau meminta maaf kepada warga masyarakat yang dirugikan.

“Namun demikian walaupun yang bersangkutan sudah minta maaf, prosesnya tetap dilanjutkan, karena yang bersangkutan melakukan pelanggaran disiplin yang sanksinya bisa ditempatkan di tempat khusus selama beberapa minggu, bisa ditunda kenaikan pangkatnya, bisa didemosi tergantung dari Ankum yang menyidangkannya,” tegas Suhadi.

Di lain sisi, kata Suhadi, masih banyak anggota Polri yang patut dicontoh dan dibanggakan. 

Salah satu contoh, Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Desa Kuala Mandor B, Kecamatan Sungai Ambawang, Kubu Raya, Aipda Dwi Handoko. 

“Ia bekerja keras menanggulangi kebakaran hutan dan lahan di desa binaannya, agar api tidak merambat kemana-mana, karena kelelahan iapun berbaring beralaskan tanah beratapkan langit dengan teriknya matahari tidak dirasakan,” paparnya.

Ia melanjutkan, Dwi bersama warga bahu-membahu memadamkan api di lahan gambut di desa binaannya. 

Karena, jika api tidak segera dipadamkan, dampaknya bisa kemana mana, diantaranya mengganggu kesehatan masyarakat, mengganggu aktivitas belajar anak-anak sekolah dan lebih parah lagi bisa mengganggu transportasi udara.

“Pekerjaan Bhabinkamtibmas ini bener-benar pekerjaan yang mulia, tanpa minta dipuji, disanjung atau dilihat atasannya. Tetapi karena tanggung jawabnya, ia bekerja secara maksimal,” tukas Suhadi.

Bahkan, nasib keluarga Dwi pun kadang terlupakan karena asyik memadamkan api, memikirkan warganya agar mereka bisa hidup sehat, tanpa kabut asap. 

Hal seperti ini, jelas Suhadi, tidak mungkin dirasakan oleh polisi di kota-kota atau daerah ramai, karena tantangan tugas dan karakteristik yang dihadapi juga jauh berbeda. 

“Polisi di desa ini justru bisa menyatu dengan alam sekitarnya,” tutupnya. (Tim RK/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Niat Jenguk Ibu Sakit, Malah Tewas Dijambret, Tragisnya Ibunya Meninggal Juga


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler