Biar punya masa kecil dan kehidupan yang normal. Begitulah yang disebut Paris mengenai alasan mendiang megabintang yang akrab disapa Jacko itu.
”Dia (Michael, Red) tak ingin wajah kami terekspos dan begitu dikenal,” kata gadis 15 tahun tersebut kepada majalah Daily Mail. ”Agar kami bisa mendapatkan hal yang tak pernah dipunyainya, yakni masa kecil yang normal,” tambahnya.
Manfaatnya begitu terasa. Paris mengatakan, dirinya dan dua saudaranya, Prince, 16, dan Blanket, 11, mempunyai masa kanak-kanak yang wajar seperti anak seusia mereka.
”Ketika bersekolah, kami juga bersekolah secara normal. Tidak seperti dirinya,” terangnya. Selain itu, Paris menggambarkan bahwa Jacko adalah bapak yang membahagiakan anak-anaknya. Pernah, ketika berada di sebuah hotel, Jacko menyiapkan sebuah layar putih besar, seolah-olah mereka sedang menonton bioskop bersama.
”Juga kami dilatih moonwalk (gerakan tari Jacko yang legendaris, Red). Dia adalah ayah yang baik dan kami menyayanginya sampai akhir hayatnya,” terangnya.
Jawaban itu seolah meluruskan pandangan orang mengenai sifat aneh Jacko terhadap anak-anaknya. Jacko bahkan sempat dianggap tak layak jadi orang tua ketika terlihat mengayunkan Blanket yang masih berusia sembilan bulan di balkon tinggi sebuah hotel di Berlin pada 2002.
Dianggap membahayakan, Jacko akhirnya minta maaf kepada publik dan mengatakan bahwa dirinya tak pernah ingin mencelakakan anak-anaknya.
Dalam wawancara itu, Paris yang kini tumbuh menjadi remaja cantik tersebut juga mengutarakan maksudnya untuk menjadikan Neverland, ranch mewah yang dulu milik Jacko, semacam tempat penampungan anak-anak telantar dan kurang beruntung.
Setelah kematian ayahnya pada 2009, Paris mengaku sempat pergi ke ranch tersebut. Dia sedih karena komidi putar di sana sudah dipindahkan. ”Saya menangis. Masih terasa auranya,” ujar dia.
Neverland tak beroperasi lagi sejak kasus dugaan pelecehan seksual terhadap anak-anak dituduhkan kepada Jacko pada 2005. Kendati begitu mengagumi Jacko, Paris tidak punya cita-cita seperti ayahnya, menjadi bintang panggung.
Dia seolah menjauh dari kehidupan selebriti dan memilih menjadi remaja AS biasa seperti kawan-kawannya. Mengikuti cheerleader dan bersekolah seperti anak-anak lain. Cita-citanya adalah menjadi ahli bedah jantung. ”Profesi itu menjadi impian saya,” katanya.
Meski tak bercita-cita sebagai entertainer besar seperti ayahnya, Paris justru menolak disebut berbeda dengan ayahnya. Dengan menjadi ahli bedah jantung, dia mengatakan bahwa dirinya sama dengan ayahnya. ”Kami sama-sama ingin selalu membantu orang,” tegasnya. (c11/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Meggy Wulandari Kasihan Pada Kiwil
Redaktur : Tim Redaksi