JAKARTA - Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk mengatakan, rakyat memiliki keinginan besar agar para wakilnya yang duduk di DPR punya kualifikasi sebagai legislator. Namun, keinginan tersebut tidak dipenuhi oleh partai politik (Parpol) dengan cara membuat sistem Pemilu yang tidak memberi ruang bagi orang-orang yang punya kapasitas dan kapabilitas sebagai legislator.
"Sistem Pemilu terbuka yang menjadikan perolehan suara terbanyak sebagai indikator pemenang mendorong orang-orang yang populer tapi minus dengan kapasitas sebagai anggota DPR lolos menjadi anggota DPR," kata Hamdi Muluk, di gedung DPD, Senayan Jakarta, Jumat (3/5).
Selain itu lanjutnya, sistem Pemilu legislatif terbuka semakin memaksa Parpol bersikap pragmatis. Maka pilihan Parpol untuk mendulang suara jatuh kepada figur-figur terkenal dari kalangan artis.
"Faktanya, Parpol memasang sebanyak mungkin figur artis. Soal kapasitas dan kapabilitas dengan sendirinya tidak penting lagi," ungkap Hamdi Muluk.
Hal yang lebih mengecewakan kita lagi, menurut Muluk, tidak satu pun di antara partai politik yang mau melakukan evaluasi kinerja terhadap kadernya yang duduk di DPR dan disampaikan kepada publik.
"Padahal evaluasi kinerja itu sangat penting sebagai salah satu fungsi Parpol dalam membina kadernya. Kalau kadernya memang berkualitas, berikan rekomendasi agar yang bersangkutan dipilih. Sebaliknya, kalau biasa-biasa saja, jangan lagi diusung menjadi anggota DPR," saran Hamdi Muluk. (fas/jpnn)
"Sistem Pemilu terbuka yang menjadikan perolehan suara terbanyak sebagai indikator pemenang mendorong orang-orang yang populer tapi minus dengan kapasitas sebagai anggota DPR lolos menjadi anggota DPR," kata Hamdi Muluk, di gedung DPD, Senayan Jakarta, Jumat (3/5).
Selain itu lanjutnya, sistem Pemilu legislatif terbuka semakin memaksa Parpol bersikap pragmatis. Maka pilihan Parpol untuk mendulang suara jatuh kepada figur-figur terkenal dari kalangan artis.
"Faktanya, Parpol memasang sebanyak mungkin figur artis. Soal kapasitas dan kapabilitas dengan sendirinya tidak penting lagi," ungkap Hamdi Muluk.
Hal yang lebih mengecewakan kita lagi, menurut Muluk, tidak satu pun di antara partai politik yang mau melakukan evaluasi kinerja terhadap kadernya yang duduk di DPR dan disampaikan kepada publik.
"Padahal evaluasi kinerja itu sangat penting sebagai salah satu fungsi Parpol dalam membina kadernya. Kalau kadernya memang berkualitas, berikan rekomendasi agar yang bersangkutan dipilih. Sebaliknya, kalau biasa-biasa saja, jangan lagi diusung menjadi anggota DPR," saran Hamdi Muluk. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ke KPK Ayu Azhari Berikan Bukti tak Terlibat
Redaktur : Tim Redaksi