Partai Islam Akan Jaya Jika Berkoalisi

Senin, 17 Juni 2013 – 09:57 WIB
JAKARTA – Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, Partai Islam yang ada di Indonesia harusnya bisa lebih unggul dari partai- partai nasionalis.

Namun sayangnya, antara partai Islam satu dan yang lainnya malah sibuk bersaing meraih posisi. Faktor inilah salahsatunya yang akan menghancurkan partai Islam itu sendiri.

Di samping itu, mereka belum mampu menunjukkan keistimewaannya masing-masing. Ini menjadi penyebab mengapa parpol Islam tidak pernah menang dalam pemilu maupun memenangkan pilpres. Suara mereka akhirnya selalu berada di papan bawah. Kalaupun unggul paling hanya berada di papan tengah.

Pengamat Politik Universitas Muhammdiyah Usni Hasanuddin mengatakan hal tersebut  saat dihubungi INDOPOS (Grup JPNN), kemarin (16/6).  Untuk menaikkan elektabilitas parpol Islam, Husni menyarankan elite parpol Islam  meninggalkan ego-nya.

Dengan menghilangkan keegoan mereka, dan segera melakukan koalisi, bukan tidak mungkin suatu hari partai Islam akan berjaya.  Proses ini bisa dilakukan dalam waktu dekat,  karena butuh lompatan besar dan perubahan cara pandang sendiri.

“Saya masih berharap ada ke-legowo-an di antara elite parpol Islam untuk mau berkoalisi, minimal dalam mengusung capresnya. Tiga atau empat partai yang bersatu-padu akan lebih mudah memenangkan pilpres,” ujar Usni.

Dikatakan, ada dua langkah yang harus dilakukan partai-partai Islam untuk memulai koalisi. Pertama, masing-masing partai harus tahu betul siapa partner koalisi mereka. Minimal ada kesamaan di tingkat program dan dukungan. Kedua, pilihlah satu identitas khusus yang mudah diingat oleh para pendukung.

“Paling tidak ada figur potensial yang bisa diusung bersama.  Dengan demikian, publik juga akan melihat soliditas yang bisa memunculkan rasa bangga dalam memilih partai Islam,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menyerukan adanya persatuan bagi seluruh partai berbasis massa dan ideologi Islam. Menurut Din, bila persatuan itu terwujud, maka partai Islam pun bisa mengusung calon presiden sendiri.

“Kalau mereka bersatu mendapatkan suara 25 persen ke atas, maka lebih tinggi dari Partai Demokrat dan partai-partai lain, bisa mengusung presiden,” ujar Din saat memberi sambutan dalam pengajian politik di Universitas Al Azhar, Jakarta, kemarin (16/6).

Din meyakini,  bahwa perolehan suara partai-partai Islam cukup potensial jika digabungkan. Rujukannya adalah kekuatan politik umat muslim di Indonesia yang sangat besar saat mendukung Partai Masyumi di pemilu Orde Lama silam. 

“Suara Partai Islam paling tinggi adalah jaman Masyumi, 43 persen. Kemudian PPP 30 persen di zaman Orde Baru, tapi pemilunya tidak demokratis. Awal reformasi 39 persen. Namun pada 2004 turun, dan pada 2009  tinggal 25 persen,” paparnya.

Din berharap agar partai-partai Islam saat ini bersedia duduk bersama dan membangun koalisi strategis. Koalisi tersebut tidak lantas melikuidasi eksistensi masing-masing partai.

“Koalisi ini tidak bisa tercipta kalau masing-masing egois. Artinya butuh sikap lapang dada dan mau menerima satu sama lainnya demi tujuan yang lebih besar. Jika masih mepertahankan ego sektoral masing-masing, ya proses koalisi tidak akan terjadi,” kata Din.

Menurut Din, partai Islam pada Pemilu 2009 lalu cenderung membangun koalisi yang tidak bermanfaat.

“Apa yang ditampilkan seolah-olah pro rakyat tapi mereka memilih opsi yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan rakyat. Semoga kesalahan seperti ini tidak terjadi lagi,” pungkasnya. (dms)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ibukota Dikepung Demonstran, Polisi Siaga Penuh

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler