jpnn.com - jpnn.com - Partisipasi pemilih Kota Serang pada Pilgub Banten, Rabu (15/2), anjlok. Berdasarkan data KPU Kota Serang, partisipasi pemilih hanya 64,3 persen.
Anggota KPU Kota Serang Ali Faisal mengakui partisipasi itu menurun dibandingkan pemilu sebelumnya yakni Pilpres 2014 sebesar 68 persen. “Kami tidak tahu persis apa penyebabnya,” ujar Ali, Jumat (17/2).
BACA JUGA: Ketua KPU RI Pantau Langsung PSU di Banten
Dikatakannya, dari jumlah pemilih sebanyak 454.597 orang, yang menggunakan hak pilih hanya 292.520 orang. Dari enam kecamatan yang ada, partisipasi paling rendah justru berada di pusat perkotaan yakni Kecamatan Cipocokjaya 60,9 persen dan Kecamatan Serang 62,7 persen.
Sebaliknya, kecamatan yang berada di luar perkotaan justru partisipasinya lebih baik. Diuraikan, Kecamatan Curug 65,4 persen, Kecamatan Kasemen 68,3 persen, Kecamatan Taktakan 66,8 persen, dan Kecamatan Walantaka 64,9 persen.
BACA JUGA: Kubu WH-Andika Minta Rano-Embay Lapang Dada
Ia mengklaim, KPU sudah berupaya maksimal sosialisasi kepada masyarakat. Apalagi, target KPU 75 persen. Berbagai elemen masyarakat juga disasar, mulai dari keagamaan, kesenian, kaum adat, sekolah, hingga warga pinggiran. Bahkan, pada Sabtu (11/2), KPU juga melakukan warwar di 66 kelurahan dengan harapan partisipasi besar.
Kata dia, hingga saat ini, pihaknya belum menerima laporan penyebab turunnya partisipasi pemilih itu. “Apakah penyebaran C-6 (surat pemberitahuan-red) memengaruhi atau tidak, kami belum tahu,” ungkapnya.
BACA JUGA: Rano-Embay Temukan Penistaan Demokrasi di Tangerang
Namun, formulir C-6 itu sudah disebar badan adhoc KPU sesuai jadwal yang ditetapkan. Kalaupun ada warga yang tidak mendapatkan C-6, dapat menggunakan KTP elektronik.
Ke depan, tambah Ali, KPU akan bekerja sama dengan partai politik dan calon lantaran mereka juga mempunyai tugas melakukan pendidikan politik.
“Dengan begitu diharapkan partisipasi akan meningkat. Ini akan kami upayakan pada gelaran pemilu selanjutnya,” tutur Ali.
Akademisi Untirta Leo Agustino mengatakan, tingkat partisipasi yang rendah di Kota Serang pada Pilgub Banten disebabkan beberapa faktor. Pertama, minat pemilih yang memang rendah terutama para pemilih perkotaan yang menganggap siapa pun gubernur terpilih tidak akan mengganggu kehidupan mereka. “Dan pada saat pilgub berlangsung, boleh jadi mereka berlibur tanpa memedulikan Pemilihan Kepala Daerah Banten,” ujarnya.
Kedua, faktor antipati pada calon yang ada. Ini berbeda dengan hal pertama. Jika pada konteks pertama pemilih apatis maka dalam konteks kedua pemilih tidak percaya sehingga timbul rasa antipati pada dua pasangan calon yang ada.
Kata dia, dalam kategori kedua ini, ada juga pemilih yang seolah-olah sudah bisa memprediksi siapa yang akan menang.
“Sehingga mereka merasa suara mereka tidak akan memengaruhi keseluruhan hasil pilkada,” ujar Leo.
Sementara, faktor ketiga adanya hambatan administrasi. Ini biasanya berlaku apabila pemilih pada saat pilkada tetap tidak memiliki KTP-el dan juga surat panggilan memilih tidak sampai pada mereka.
Ia mengatakan, rendahnya tingkat partisipasi di wilayah perkotaan sudah muncul sejak 1990-an. Sebab kelas menengah yang menjadi penggerak perubahan tidak muncul.
“Mereka terlalu menikmati comfort zone (zona nyaman-red) mereka,” ungkap Leo. Dengan begitu, mereka melupakan 'tugas' politik mereka selaku penggerak perubahan. Kelas menengah perkotaan ini berlaku juga pada kota kecil seperti Serang”.
“Dan saya yakin ini berlaku juga di kota-kota lainnya, terutama dalam pemilihan yang lebih luas, bukan pilwalkot atau pilbup,” terangnya. (nna/air/ags)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rekap Hampir Rampung, WH-Andika Masih Unggul..Tipis Bro
Redaktur & Reporter : Adil