Pasangan Ayah-Anak Muha-Azza, Pendiri Bengkel Reparasi Otak

Gus Dur Pernah Jadi Langganan, Pasien Datang dari Luar Negeri

Senin, 03 Juni 2013 – 00:39 WIB
Muha dan putranya Azza di Aparteman Marbella, Kemang yang juga menjadi tempat mereka berpraktik. Foto: JPPhoto
Kepadatan aktivitas sering membuat warga Jakarta merasa stres. Muha Muhaimin Latief menangkap masalah tersebut sebagai peluang bisnis. Dia membuka layanan terapi kesehatan bernama Bengkel Reparasi Otak.

TRI HATNANTO


LORONG lantai 17 Apartemen Marbella, Kemang, tampak sepi. Satu per satu pintu flat tertutup. Aktivitas baru terlihat setelah seorang gadis keluar dari salah satu pintu di room 17A. Sambutan hangat keluar dari bibir gadis 12 tahun tersebut. Tidak lama kemudian, muncul sosok pria yang berpostur sedang menyapa dari balik salah satu kamar. Dia adalah Muha Muhammad Latief, pemilik Bengkel Reparasi Otak. ''Maaf sedikit berantakan, tadi habis ada pasien,'' kata Muha mengawali obrolan.

Tidak ada yang istimewa di ruangan seluas 8 x 8 meter itu. Pemandangan berbeda baru tampak dari balik rak buku pembatas ruang tamu. Poster anatomi manusia menghiasi seluruh sudut dinding. Ada pula tumpukan buku kesehatan. ''Ya, kami berdua ini montir bengkel reparasi otak,'' ujar Muha sambil mengenalkan Nur Azza Zumrida, gadis yang menyambut Jawa Pos.

Menurut Muha, bengkel tersebut merupakan layanan terapi kesehatan dengan metode Rela' Cur. Itu adalah terapi untuk perbaikan sistem otak. ''Ya, bukan otaknya diurai. Kami pijat tanpa alat apa pun dan tanpa konsumsi obat,'' tutur pria 31 tahun itu.

Muha dan Azza membesarkan Bengkel Reparasi Otak hingga terdengar ke luar negeri. Tidak sedikit pasien mereka yang berasal dari mancanegara. Ada yang dari Hongkong, Australia, Malaysia, Singapura, dan yang lain. Bahkan, Muha dan Azza juga sering mengobati puluhan artis dan pejabat Indonesia. Misalnya, mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno, Kabid Penerangan Mabes Polri Boy Rafly Amar, mantan Ketua MPR periode 2004-2009 Hidayat Nur Wahid, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, dan beberapa lagi. ''Alhamdulillah, sekarang saya tidak ngoyo. Saya batasi sehari 4 pasien,'' ungkapnya.

Tidak mudah bagi Muha dan Azza membesarkan bisnis tersebut. Mereka berusaha membangun kepercayaan klien. Muha mematok tarif Rp 500 ribu per jam dan Rp 1 juta per 2,5 jam. ''Saya baru mau dibayar kalau ada hasil penyembuhan yang signifikan,'' paparnya.

Menurut lulusan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta tersebut, tidak mudah jalan yang dilalui untuk mencapai posisi sekarang. Muha lantas mengisahkan awal mula mendalami ilmu terapi sejak 2002.

Saat itu, pria asal Magelang, Jawa Tengah, itu masih duduk di bangku kuliah semester empat. Dia kerja part time untuk membiayai kuliah. Muha memilih kerja menjadi asisten salah satu tukang pijat di Jogja. Dia yang lulus kuliah pada 2007 itu ingin mengembangkan ilmu yang didapat. ''Beberapa bulan setelah lulus, saya nekat merantau ke Jakarta. Saya bawa prinsip, kalau enggak bisa makan lewat ilmu kehutanan, ya cari pakai ilmu pijat,'' ucapnya.

Berbekal dua ilmu tersebut, Muha berangkat ke Jakarta pada 2008. Bermodalkan tiga pasang baju dan celana, Muha mulai berkelana. Dia tinggal di Wapres (warung inspirasi, Red). ''Saya meninggalkan status sarjana saya,'' ungkapnya.

Awal kesuksesan bermula saat dia berhasil menyembuhkan seorang anak dari orang terdekat mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. ''Anaknya sembuh, kemudian saya dikenalin kepada Gus Dur. Justru saya yang dekat dengan Gus Dur,'' paparnya. Muha lantas diminta untuk membantu merawat Gus Dur di rumahnya di Ciganjur, Jakarta Selatan.

Ketika layanan pijatnya semakin dikenal orang, Muha dan Azza menyewa salah satu flat di Apartemen Marbella, Kemang. Menurut Muha, Azza memiliki bakat dalam memijat. Nama Azza kini juga dikenal para pelanggan Muha. ''Saya sudah buat paspor, ada panggilan mengobati orang di Singapura. Alhamdulillah, tercapai cita-cita saya keliling luar negeri,'' ungkap Azza. (*/oni/c15/tia)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Kerap Berurusan dengan Preman dan Aparat Keamanan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler