jpnn.com - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, terus melonjak imbas ketakutan pasar terhadap situasi ekonomi global.
Tak pelak, pasar berburu ke aset safe-haven logam mulia, dan itu terus meningkat.
BACA JUGA: Selamat! Muhammad Fathir Sukses Raih 6 Medali Emas untuk Indonesia
"Pasar sekarang ketakutan," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, mengutip kekhawatiran Virus corona.
“Kekhawatirannya bukan tentang virus tepatnya, itu dari sudut pandang ekonomi. Dow Jones jatuh sekitar 1.000 poin, imbal hasil obligasi juga lebih rendah."
BACA JUGA: Harga Emas Antam Hari Ini Sudah Mencapai Rp 809.000 per Gram
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April naik 27,8 dolar AS atau 1,69 persen, menjadi menetap di 1.676,6 dolar AS per ounce, tingkat tertinggi dalam tujuh tahun.
Sementara itu, di pasar spot, emas naik 1,7 persen menjadi diperdagangkan di 1.671,35 dolar AS per ounce pada pukul 13.59 waktu setempat (18.59 GMT). Emas sempat mencapai tertinggi sesi 1.688,66 dolar AS, tingkat tertinggi sejak Januari 2013.
BACA JUGA: Rupiah Melorot Tajam, Harga Emas Menanjak Signifikan
Ada peningkatan tajam dalam kasus virus corona yang dilaporkan di Italia, Korea Selatan dan Iran, dengan Afghanistan dan Irak melaporkan kasus pertama mereka. Namun, tingkat infeksi di China telah berkurang.
Di luar Tiongkok, wabah telah menyebar ke sekitar 29 negara dan wilayah, dengan korban tewas sekitar dua lusin, menurut penghitungan Reuters.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan khawatir tentang meningkatnya jumlah kasus tanpa kaitan yang jelas dengan China.
Investor memandang emas dan aset lain seperti obligasi pemerintah dan dolar AS sebagai tempat berlindung yang aman selama masa tertekan.
Pembalikan kurva antara imbal hasil obligasi AS 3-bulan dan 10-tahun semakin dalam, dalam apa yang para ekonom lihat sebagai sinyal resesi. Imbal hasil acuan obligasi 10-tahun AS turun ke tingkat terendah sejak Juli 2016.
Ketakutan investor terhadap wabah virus memicu aksi jual luas di pasar ekuitas. Dow Jones industrial turun lebih dari 800 poin, di bawah rata-rata pergerakan 100 hari untuk pertama kalinya sejak Oktober.
Di Eropa, pasar mengalami penurunan harian terbesar sejak pertengahan 2016.
Dukungan tambahan datang dari indeks dolar AS. Ukuran greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, indeks dolar mundur 0,12 persen menjadi 99,14 sebelum penyelesaian transaksi emas.
“Kenaikan harga emas disertai oleh arus masuk ETF (Exchange Traded Fund) -- reksa dana yang diperdagangkan di bursa efek -- lebih lanjut. Investor keuangan spekulatif juga telah meningkatkan taruhan mereka pada kenaikan harga emas secara signifikan,” kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.
"Namun, ini juga berarti bahwa kenaikan harga emas berada di tanah yang goyah, sehingga penurunan dapat diperkirakan jika terjadi aksi ambil untung."
Mencerminkan peningkatan minat investor pada emas, spekulan menaikkan posisi bullish mereka pada kontrak emas dan perak di bursa COMEX dalam seminggu hingga 18 Februari, data menunjukkan pada Jumat (21/2/2020)
Mengikuti kenaikan emas, perak melonjak 2,3 persen menjadi 18,88 dolar AS per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak September di 18,90 dolar AS.
Palladium turun 3,1 persen menjadi 2.619,01 per ounce, sedangkan platinum turun 0,3 persen menjadi 970,17 dolar AS.
Di pasar berjangka, perak untuk pengiriman Maret naik 34,6 sen atau 1,87 persen, menjadi ditutup pada 18,876 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 1,9 dolar AS atau 0,19 persen, menjadi menetap pada 974,2 dolar AS per ounce. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha