MALANG – Geliat pasar mobil bekas di kota Malang saat ini sudah semakin berkembang pesat. Hal ini seiring masyarakat sudah mulai menganggap mobil sudah menjadi sebuah kebutuhan dan bukan lagi sebagai barang mewah. Ditambah lagi, perusahaan finance atau pembiayaan pembelian juga mendukung penuh dengan memberikan kemudahan transaksi.
Namun, geliat itu kini terancam menyusut seiring rencana lahirnya mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC). Produksi mobil yang dibandrol kisaran Rp 80-90 jutaan ini sudah mendapat lampu hijau dari pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sedianya, dalam satu atau dua tahun ke depan, LCGC diproyeksi sudah meluncur di jalan-jalan Indonesia.
Iman Satria Kumala, pelaku bisnis otomotif dari Dwi Jaya Mobil menilai, hadirnya LGCC bisa jadi mengurangi pasar mobil kecil alias yang punya harga jual di pasaran kisaran Rp 80-90 jutaan. Sebut saja, mobil jenis Visto dan Picanto dari pabrikan KIA serta Karimun dari Suzuki. Pasalnya, konsumen dibuat berpikir dua kali untuk menentukan beli mobil bekas atau mobil baru LCGC.
‘’Pasti pasar mobil di kelas dibawah Rp 100 juta terpengaruh dengan datangnya LCGC. Hanya saja, masyarakat belum tahu bagaimana LCGC ini mutunya, kalau kemudian mutunya jelek ya gak ngangkat di pasaran,” terangnya.
Hal senada disampaikan Redy Hartono, teman sekantor Satria. ‘’Mobil kelas atas punya kelas sendiri. Mungkin hadirnya LCGC akan pengaruhi mobil yang diperuntukan keluarga kecil. Jika ada mobil bekas Karimun tahun 2006 harganya Rp 80 juta, sedangkan 2013 harganya sama, jadi mikir lebih baik ambil yang biru, atau yang lama. Harga mobil bekas juga ikut turun,” ucap Redy.
Sementara itu, Toriq dari Indah Jaya Mobil menyebut, orang Indonesia fanatik atas produk dari Jepang. Namun, dia meyakini pasar mobkas pasti ada, hanya tidak signifikan. Sebab, konsumen memilih mobil yang tentu sudah diketahui produknya awet dan kualitas bagus serta harga jualnya lagi masih tetap tinggi.
‘’Kepercayaan konsumen terhadap brand merk lama sangat kuat. Sebab, mereka sudah tahu, produk mobil-mobil ini seperti buatan Jepang, diketahui awet dan kualitasnya bagus. Sedangkan, pabrikan motor LCGC belum terbukti,” pungkasnya. (poy)
Namun, geliat itu kini terancam menyusut seiring rencana lahirnya mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC). Produksi mobil yang dibandrol kisaran Rp 80-90 jutaan ini sudah mendapat lampu hijau dari pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sedianya, dalam satu atau dua tahun ke depan, LCGC diproyeksi sudah meluncur di jalan-jalan Indonesia.
Iman Satria Kumala, pelaku bisnis otomotif dari Dwi Jaya Mobil menilai, hadirnya LGCC bisa jadi mengurangi pasar mobil kecil alias yang punya harga jual di pasaran kisaran Rp 80-90 jutaan. Sebut saja, mobil jenis Visto dan Picanto dari pabrikan KIA serta Karimun dari Suzuki. Pasalnya, konsumen dibuat berpikir dua kali untuk menentukan beli mobil bekas atau mobil baru LCGC.
‘’Pasti pasar mobil di kelas dibawah Rp 100 juta terpengaruh dengan datangnya LCGC. Hanya saja, masyarakat belum tahu bagaimana LCGC ini mutunya, kalau kemudian mutunya jelek ya gak ngangkat di pasaran,” terangnya.
Hal senada disampaikan Redy Hartono, teman sekantor Satria. ‘’Mobil kelas atas punya kelas sendiri. Mungkin hadirnya LCGC akan pengaruhi mobil yang diperuntukan keluarga kecil. Jika ada mobil bekas Karimun tahun 2006 harganya Rp 80 juta, sedangkan 2013 harganya sama, jadi mikir lebih baik ambil yang biru, atau yang lama. Harga mobil bekas juga ikut turun,” ucap Redy.
Sementara itu, Toriq dari Indah Jaya Mobil menyebut, orang Indonesia fanatik atas produk dari Jepang. Namun, dia meyakini pasar mobkas pasti ada, hanya tidak signifikan. Sebab, konsumen memilih mobil yang tentu sudah diketahui produknya awet dan kualitas bagus serta harga jualnya lagi masih tetap tinggi.
‘’Kepercayaan konsumen terhadap brand merk lama sangat kuat. Sebab, mereka sudah tahu, produk mobil-mobil ini seperti buatan Jepang, diketahui awet dan kualitasnya bagus. Sedangkan, pabrikan motor LCGC belum terbukti,” pungkasnya. (poy)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bakrie Tunggak Bayar Obligasi
Redaktur : Tim Redaksi