Mengawali perbincangan, kepala SMKN 2 Slawi, Parjana mengakui bahwa tawuran antar kedua sekolah tersebut sudah tradisi sejak lama. Bahkan dalam setahun ini, kedua sekolah sudah tiga kali melakukan tawuran. Untuk itu, pihaknya meminta agar tradisi tersebut dapat dicegah dari sekarang. Secara internal sekolah, pihaknya sudah berupaya dengan memberikan sanksi tegas terhadap siswanya yang beranjak tawuran. Selain itu, pihaknya juga telah memberikan pendidikan agama yang melebihi dari batas waktu.
"Setiap pulang sekolah, kami sengaja tidak dibarengkan dengan SMK Islamiyah. Tujuannya agar mereka tidak bertemu di jalan dan tawuran," ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMK Islamiyah Adiwerna, H Bambang Riyanto menuturkan, dalam setahun ini sebanyak 12 siswanya dikeluarkan karena ikut tawuran dan bolos sekolah. Upaya menghapus kebiasaan tawuran dua sekolah itu harus dilakukan secara bersama. ”Kami juga melakukan pengawasan di dunia maya melalui facebook. Biasanya, mereka saling menantang lewat internet,” katanya.
Kepala Dindikpora Pemkab Tegal, Drs Edy Pramono menegaskan, kedua sekolah harus bisa bekerja sama untuk menyelesaikan persoalan tawuran tersebut. Penyelesaian bisa meminta bantuan dari Polres Tegal maupun Brigif 4/ Dewa Ratna. Selain itu, kedua sekolah harus sering mengadakan kegiatan yang sejatinya dapat mencairkan suasana. Kegiatan bisa berupa pengajian, pentas seni, dan lainnya yang intinya tidak memicu perdebatan. "Hindari kegiatan olahraga bersama. Sebab, kegiatan itu dapat memicu kemarahan," ujarnya.
Sekretaris Dindikpora Kabupaten Tegal, Drs H Edi Budiyanto MPd, meminta, apabila ada siswa yang diketahui sebagai provokator tawuran, pihak sekolah harus tegas mengeksekusinya. Artinya, sekolah harus berani mengeluarkan siswa tersebut, sebelum menjalar ke siswa-siswa lainnya. Pihak sekolah tak perlu takut dengan kurangnya animo masyarakat terhadap sekolah tersebut. Justru jika pihak sekolah berani memberikan sanksi itu, sekolah akan diminati para orang tua siswa.
"Sekolah harus bisa menginventarisasi bagi siswa yang hobby tawuran. Undang saja orangtuanya sekaligus siswa untuk diberi pengarahan tegas. Mereka diberikan sanksi dengan ancaman dipecat dari sekolah apabila melanggar komitmen yang ada," kata Edi tegas.
Bagi siswa yang berpotensi ke arah tawuran, lanjut Edi, sekolah harus sering memberikan pengarahan khusus. Berikan masukan apa arti dari tawuran dan sisi negatifnya. Pengurus OSIS juga harus dilibatkan dalam memberikan binaan kepada siswa-siswa tersebut. Menurutnya, sebagai langkah awal dalam persoalan ini, siswa dari kedua sekolah tersebut harus secepatnya dipertemukan sekaligus menggelar kegiatan.
"Bila perlu, undang narasumber dari luar yang merupakan mantan siswa nakal atau siswa yang kerap tawuran dikala sekolah. Tapi narasumber itu, harus yang sudah sukses. Sehingga, narasumber dapat bercerita tentang biografinya dari semenjak sekolah hingga menjadi orang sukses," tutupnya. (yer)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tahun Depan Bantuan Siswa Miskin SD Capai Rp 1,2 T
Redaktur : Tim Redaksi